Blog para freelancer

Showing posts sorted by relevance for query shutterstock. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query shutterstock. Sort by date Show all posts

Apa yang akan terjadi jika kita nekat upload gambar hasil AI di shutterstock?



Di era kecerdasan buatan seperti sekarang, siapa pun bisa dengan mudah membuat karya visual hanya dengan mengetikkan prompt di aplikasi seperti Midjourney, DALL·E, atau Stable Diffusion. Gambar yang dihasilkan bahkan bisa sangat realistis dan bernilai jual tinggi. Tak heran banyak kreator mulai mencoba mengunggah gambar AI ke platform microstock seperti Shutterstock.

Namun, apakah tindakan tersebut aman? Apa yang akan terjadi jika kamu nekat mengupload gambar hasil AI di Shutterstock? Simak artikel ini sampai habis, karena kita akan bahas secara mendalam mulai dari kebijakan resmi hingga risiko dan solusi aman bagi kontributor kreatif.


1. Shutterstock Sudah Menerima Gambar AI, Tapi Ada Syaratnya

Semenjak tahun 2023, Shutterstock secara resmi menerima konten yang dihasilkan dengan bantuan AI, namun bukan berarti bebas unggah sesuka hati. Ada aturan dan ketentuan yang wajib dipenuhi, yaitu:

  • Kamu harus memiliki hak komersial atas hasil karya tersebut.

  • Konten harus diberi label atau diberi keterangan bahwa itu hasil AI.

  • Tidak boleh mengandung unsur yang menyesatkan atau melanggar hak cipta, seperti wajah selebriti, merek terkenal, atau karya yang mirip dengan seniman lain.

Jadi, jika kamu nekat upload tanpa transparansi atau tidak punya hak atas gambar tersebut, itu bisa menimbulkan konsekuensi serius.


2. Risiko Upload Gambar AI Tanpa Izin atau Tanpa Label

Jika kamu mengunggah gambar AI tanpa mengikuti kebijakan yang ditetapkan Shutterstock, berikut adalah risiko yang bisa terjadi:

a. Penolakan File Otomatis

Shutterstock memiliki sistem AI pendeteksi. Gambar yang mencurigakan bisa langsung ditolak, bahkan sebelum masuk tahap kurasi manual.

b. Peringatan atau Pembekuan Akun

Jika kamu mengulang kesalahan yang sama, Shutterstock bisa mengeluarkan peringatan, dan jika berulang, akunmu bisa dibekukan sementara.

c. Akun Diblokir Permanen

Dalam kasus yang dianggap berat atau pelanggaran berulang (misalnya mengunggah gambar AI yang mirip selebriti, karakter film, atau logo merek), akun bisa langsung dihapus tanpa peringatan.

d. Royalti Bisa Dibatalkan

Jika terbukti kamu tidak memiliki hak komersial atas gambar AI yang sudah dijual, royalti kamu bisa dibatalkan dan pembeli akan dikembalikan uangnya.


3. Shutterstock Bekerja Sama dengan OpenAI dan Mitra AI Lainnya

Salah satu hal penting adalah Shutterstock bekerja sama langsung dengan OpenAI untuk menyediakan konten AI yang legal dan aman. Itu berarti, Shutterstock lebih mengutamakan konten AI yang dibuat melalui platform mereka sendiri, bukan dari sumber luar seperti Midjourney atau Bing Image Creator.

Jika kamu ingin upload konten AI buatan sendiri, pastikan kamu bisa membuktikan bahwa kamu memiliki lisensi penggunaan komersial atas model AI yang kamu gunakan.


4. Apakah Aman Upload Gambar AI dari Midjourney atau DALL·E?

Tidak otomatis aman. Sebagian besar model seperti Midjourney, meskipun mengizinkan penggunaan komersial (untuk pengguna berbayar), tetap tidak disarankan digunakan untuk konten microstock kecuali disertai dokumentasi lisensi.

Beberapa alasan:

  • Tidak semua hasil AI bersifat unik. Bisa jadi ada orang lain yang membuat gambar sangat mirip dari prompt yang sama.

  • Gambar AI bisa menyerupai tokoh terkenal, karakter fiksi, atau style artis terkenal. Ini bisa dianggap pelanggaran hak cipta.


5. Tips Aman Jika Ingin Upload Gambar AI ke Shutterstock

Berikut beberapa tips jika kamu tetap ingin menjual gambar AI secara legal dan aman:

  1. Gunakan AI dari platform yang memberi lisensi komersial jelas. Contohnya: DALL·E (melalui Shutterstock), Adobe Firefly, atau AI Generator milik Shutterstock.

  2. Selalu beri label “AI Generated” saat mengisi metadata.

  3. Jangan gunakan wajah realistis yang bisa menyerupai orang sungguhan.

  4. Hindari prompt yang meniru gaya artis tertentu.

  5. Simpan bukti lisensi dan prompt yang kamu gunakan sebagai dokumentasi.


6. Kesimpulan: Jangan Nekat, Lebih Baik Main Aman

Meskipun terlihat mudah dan cepat, mengunggah gambar hasil AI ke Shutterstock tetap memiliki banyak aturan ketat dan risiko tinggi. Jika kamu nekat upload tanpa memperhatikan lisensi dan transparansi, kamu bisa kehilangan akun, royalti, dan reputasi.

Lebih baik bermain aman dengan mematuhi aturan resmi, menggunakan tool AI yang sudah terverifikasi, dan menempatkan kejujuran sebagai bagian dari proses kreatif.

Karena pada akhirnya, menjadi kontributor yang jujur dan profesional jauh lebih berkelanjutan dibanding mencari celah yang berujung fatal.



upload gambar AI shutterstock, shutterstock gambar AI, shutterstock AI policy, gambar AI ditolak, kontributor shutterstock, shutterstock upload limit, upload midjourney ke shutterstock, apakah boleh gambar AI di shutterstock, banned shutterstock AI, akun shutterstock kena blok, lisensi AI shutterstock, shutterstock AI rules, cara upload gambar AI, konten AI di microstock, shutterstock AI generated, shutterstock openai partnership, upload DALL-E shutterstock, shutterstock vector AI, hasil AI ke shutterstock, upload AI aman, midjourney lisensi komersial, ai art shutterstock, shutterstock artificial intelligence, generate image AI shutterstock, gambar AI terdeteksi, upload ditolak shutterstock, cara aman jual AI art, ai art stock image, vector AI shutterstock, shutterstock AI warning, banned AI content shutterstock, tips kontributor AI, image ai copyright, lisensi commercial AI, ai dan microstock, upload ke getty ai, konten ai dilabeli, aturan baru shutterstock, banned image AI, gambar ai bermasalah, upload ai bisa dihapus, bagaimana unggah ai shutterstock, shutterstock dan midjourney, generate image for stock, upload artifical image, label ai content, cara lolos ai shutterstock, keyword ai art shutterstock, hak cipta ai art

Share:

Apa yang Dilakukan Pihak Shutterstock untuk Melawan AI?

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia kreatif telah membawa perubahan besar bagi industri microstock, termasuk Shutterstock. Di satu sisi, AI memberikan efisiensi luar biasa dalam menghasilkan gambar, desain, dan bahkan video dalam waktu singkat. Namun di sisi lain, hal ini menimbulkan tantangan serius bagi platform penyedia konten seperti Shutterstock, terutama karena potensi tergesernya konten buatan manusia dan maraknya penyalahgunaan karya seni.
Lantas, apa saja langkah nyata yang diambil pihak Shutterstock untuk menghadapi gelombang AI ini? Apakah mereka “melawan” AI, atau justru memilih untuk beradaptasi dengan cara yang cerdas?

1. Melindungi Karya Kreator Melalui Kebijakan Anti-Plagiarisme AI

Salah satu langkah utama Shutterstock adalah menerapkan kebijakan yang jelas mengenai penggunaan konten berbasis AI, terutama dalam hal pelatihan model AI dan pelanggaran hak cipta. Shutterstock menyadari kekhawatiran para kreator bahwa karya mereka bisa digunakan tanpa izin untuk melatih mesin pencipta gambar seperti DALL·E, Midjourney, atau Stable Diffusion.

Sebagai bentuk perlindungan, Shutterstock melarang keras pengunggahan konten AI yang melanggar hak cipta atau yang tidak dibuat dengan izin atau lisensi sah. Mereka juga melakukan penyaringan otomatis dan manual untuk mendeteksi konten yang tampak dibuat oleh AI tanpa kredibilitas atau kepemilikan yang jelas. Ini merupakan bentuk perlawanan terhadap maraknya karya “AI plagiarism” yang berpotensi merugikan para seniman.

2. Bekerja Sama dengan OpenAI: Adaptasi Bukan Penolakan

Uniknya, Shutterstock memilih untuk tidak sepenuhnya “melawan” AI, melainkan melakukan kolaborasi strategis. Pada tahun 2022, Shutterstock mengumumkan kemitraan dengan OpenAI untuk menyediakan akses terhadap gambar yang sah sebagai data pelatihan bagi sistem seperti DALL·E.

Sebagai gantinya, kontributor Shutterstock diberi kompensasi atas penggunaan karya mereka yang dijadikan data pelatihan. Sistem ini memberi penghargaan kepada kreator asli, bukan hanya perusahaan AI, dan menekankan pentingnya etika dalam pengembangan teknologi.

Melalui pendekatan ini, Shutterstock menunjukkan bahwa menghadapi AI tidak selalu berarti menolak atau memusuhinya, melainkan bisa dilakukan dengan prinsip keadilan dan keterbukaan.

3. Menyediakan Tools AI yang Bertanggung Jawab

Shutterstock juga meluncurkan fitur AI image generator mereka sendiri yang bisa diakses oleh pengguna di situs mereka. Bedanya dengan layanan AI lain adalah bahwa generator ini:

  • Menggunakan database gambar yang telah dilisensikan secara legal.
  • Menghasilkan gambar yang bisa digunakan secara komersial tanpa melanggar hak cipta.
  • Memberikan hasil yang aman dan sesuai dengan standar konten Shutterstock.

Dengan kata lain, Shutterstock menciptakan alternatif yang etis dan legal dalam pemanfaatan AI, tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga membentuk arah perkembangan AI yang bertanggung jawab.

4. Meningkatkan Kurasi dan Kualitas Konten

Karena AI bisa menghasilkan ribuan gambar dalam waktu singkat, Shutterstock memperketat sistem kurasi untuk memastikan kualitas tetap terjaga. Mereka:
  • Mengembangkan sistem peninjauan otomatis dan manual untuk mendeteksi konten AI atau konten hasil duplikasi.
  • Menolak konten yang kualitasnya rendah, tidak orisinal, atau menyerupai konten yang sudah ada.
  • Mendorong kontributor untuk membuat konten yang unik, bernilai tinggi, dan kontekstual.

Langkah ini penting untuk menjaga agar platform tetap relevan dan tidak dibanjiri oleh konten generik hasil AI semata.

5. Mendukung Kreator Manusia di Era AI

Shutterstock tetap menunjukkan komitmennya kepada kreator manusia. Mereka menyediakan:
  • Edukasi tentang tren dan perubahan di industri konten.
  • Program loyalitas dan kompensasi.
  • Dukungan komunitas bagi fotografer, ilustrator, dan desainer agar bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi.

Shutterstock memahami bahwa AI adalah alat, bukan pengganti manusia. Kreativitas, empati, dan pengalaman tetap menjadi nilai yang tidak bisa ditiru mesin.


Kesimpulan: Melawan AI dengan Keseimbangan Etika dan Adaptasi

Shutterstock bukan sekadar “melawan” AI, melainkan memilih jalan tengah yang cerdas: beradaptasi tanpa kehilangan prinsip etis. Mereka melindungi karya kreator, menjalin kerja sama yang adil dengan pengembang AI, dan tetap memprioritaskan kualitas serta keaslian konten. Ini menjadi bukti bahwa di tengah revolusi AI, kreativitas manusia masih memiliki tempat penting—selama platform dan komunitasnya terus menjaga integritas dan inovasi.

Apakah langkah Shutterstock ini cukup? Waktu yang akan menjawab. Namun satu hal pasti: mereka tidak tinggal diam menghadapi tantangan zaman.

shutterstock vs ai, shutterstock dan kecerdasan buatan, shutterstock lawan ai, ai image generator shutterstock, konten ai dilarang, etika ai di shutterstock, plagiarisme ai, hak cipta ai, konten ai microstock, pelarangan konten ai, shutterstock dan openai, kompensasi kreator, ai legal shutterstock, ai etis shutterstock, kurasi konten ai, generator gambar shutterstock, konten ai vs manusia, perlindungan kreator shutterstock, perkembangan ai di microstock, masa depan shutterstock dan ai


Share:

Kenapa ya review upload karya di shutterstock sekarang lama banget?



Bagi para kontributor microstock, khususnya di platform Shutterstock, waktu review karya yang diunggah adalah salah satu momen paling mendebarkan. Setelah kita bersusah payah membuat desain, foto, ilustrasi, atau footage, kita tentu berharap hasil karya kita cepat direview dan di-approve. Tapi belakangan ini, banyak kontributor yang mengeluhkan bahwa proses review di Shutterstock terasa jauh lebih lama dari biasanya. Sebenarnya, kenapa review upload karya di Shutterstock sekarang bisa lama banget? Berikut beberapa kemungkinan penyebab dan tips yang bisa kamu perhatikan.


1. Lonjakan Jumlah Kontributor dan Upload

Selama beberapa tahun terakhir, jumlah kontributor Shutterstock meningkat drastis. Apalagi sejak pandemi, makin banyak orang yang mencari penghasilan tambahan secara online, salah satunya lewat microstock. Akibatnya, jumlah karya yang masuk ke Shutterstock setiap harinya meningkat tajam, membuat tim reviewer mereka kewalahan.


2. Kebijakan Kualitas yang Meningkat

Shutterstock semakin ketat dalam menyeleksi karya demi menjaga kualitas platform mereka. Ini berarti setiap karya kini diperiksa lebih detail untuk menghindari konten yang repetitif, melanggar hak cipta, atau kualitas rendah. Proses ini membutuhkan waktu lebih lama per item dibandingkan sebelumnya.


3. Review Footage dan AI Art Makin Memakan Waktu

Jenis konten seperti footage (video) atau karya yang terindikasi menggunakan AI (Artificial Intelligence) juga memerlukan perhatian khusus. Konten ini tidak hanya diperiksa dari sisi teknis, tapi juga dari sisi orisinalitas dan lisensi. Jadi jika kamu upload footage atau karya AI, jangan heran kalau review-nya lebih lama.


4. Adanya Penyesuaian Algoritma dan Sistem Internal

Kadang, Shutterstock melakukan update sistem internal yang bisa memengaruhi kecepatan proses review. Hal ini bisa saja terjadi tanpa pemberitahuan resmi kepada kontributor, namun efeknya cukup terasa. Sistem otomatisasi juga bisa mengalami delay atau butuh penyesuaian ketika sistem sedang diperbarui.


5. Kendala di Hari Libur Internasional

Meskipun Shutterstock adalah platform global, tim review-nya sebagian besar berada di zona waktu tertentu. Ketika ada libur besar seperti Natal, Tahun Baru, atau Thanksgiving, proses review bisa melambat karena jumlah reviewer yang bertugas berkurang. Ini hal yang wajar dan sering terjadi setiap tahun.


6. Batch Upload yang Besar

Kalau kamu upload banyak karya sekaligus (misalnya puluhan hingga ratusan), sistem biasanya akan memprosesnya dalam batch. Ada kalanya batch ini menunggu giliran untuk diperiksa, sehingga seluruh batch tertunda hingga reviewer mulai mengulasnya satu per satu.


7. Apakah Ada Masalah Teknis?

Dalam beberapa kasus, keterlambatan bukan karena faktor sistem atau sumber daya manusia, tetapi karena ada bug atau error teknis dalam sistem upload Shutterstock. Cek kembali apakah karya kamu sudah benar-benar masuk ke dashboard “In Review”, atau justru gagal ter-upload dengan sempurna.


8. Apa yang Bisa Dilakukan?

Meskipun proses review berada di luar kendali kita sebagai kontributor, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan:

  • Jangan hapus dan upload ulang. Ini justru bisa memperlambat.

  • Upload di waktu yang tidak padat. Beberapa kontributor menyarankan menghindari hari Jumat dan akhir pekan.

  • Pantau forum komunitas Shutterstock atau grup microstock untuk melihat apakah keterlambatan juga dialami orang lain.

  • Fokus produksi karya lain sambil menunggu. Gunakan waktu tunggu untuk tetap produktif dan menyiapkan batch berikutnya.


9. Sabar dan Konsisten adalah Kunci

Banyak kontributor senior mengalami hal yang sama. Intinya, bersabar dan tetap konsisten dalam mengupload karya adalah kunci utama di dunia microstock. Meski review lama, jika karyamu lolos, tetap akan berpotensi menghasilkan pendapatan pasif yang terus mengalir.


Kesimpulan

Proses review yang lebih lama di Shutterstock bukan berarti sistemnya rusak, tetapi lebih karena adanya peningkatan volume, ketatnya kontrol kualitas, dan perubahan kebijakan internal. Sebagai kontributor, kita memang harus beradaptasi dan memahami bahwa perubahan ini adalah bagian dari perkembangan platform.

Jangan menyerah hanya karena review lama. Fokus terus berkarya, tingkatkan kualitas, dan gunakan waktu menunggu dengan produktif. Siapa tahu, karya berikutnya adalah yang bisa laku ribuan kali!



Shutterstock, review shutterstock, upload shutterstock, kenapa lama, microstock indonesia, jual desain online, jual foto online, shutterstock contributor, karya ditolak, shutterstock review delay, microstock tips, jual vector, jual ilustrasi, desain vektor, jual desain, review lama shutterstock, waktu tunggu shutterstock, upload ditolak, vector microstock, passive income desain, jual karya digital, kontributor shutterstock, illustrasi shutterstock, cara upload shutterstock, microstock indonesia 2025, reviewer shutterstock, keluhan shutterstock, keterlambatan review, bug shutterstock, update shutterstock, stock photo indonesia, review karya, upload vector, upload foto, stock vector, jual ilustrasi, market desain online, pendapatan pasif, upload design shutterstock, submit karya shutterstock, upload slow, shutterstock update 2025, kontributor microstock, review stuck, karya tidak direview, microstock pemula, kontributor foto, designer microstock, vector artwork, upload ai art

Share:

Butuh berapa banyak upload untuk dapat penjualan pertama di shutterstock?



Bagi para desainer grafis, fotografer, dan ilustrator yang baru memulai karier di dunia microstock, khususnya di Shutterstock, pertanyaan paling umum yang sering muncul adalah: "Berapa banyak karya yang harus saya upload agar bisa mendapatkan penjualan pertama?" Jawabannya mungkin tidak sesederhana angka pasti, karena banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari kualitas karya, jenis konten, hingga strategi tagging yang digunakan.

1. Tidak Ada Angka Ajaib, Tapi Pola Bisa Diamati

Tidak ada jumlah pasti berapa banyak konten yang harus diupload sebelum mendapatkan penjualan pertama. Beberapa kontributor bisa mendapatkan penjualan dengan hanya 10–20 konten, sementara yang lain butuh ratusan bahkan ribuan karya sebelum terjadi transaksi pertama.

Namun, berdasarkan pengalaman banyak kontributor, penjualan pertama umumnya datang setelah mengupload antara 50 hingga 200 konten. Ini bukan patokan mutlak, tetapi bisa dijadikan acuan awal.

2. Kualitas Lebih Penting dari Kuantitas

Banyak yang berpikir bahwa semakin banyak karya yang diupload, semakin besar peluang untuk mendapatkan penjualan. Ini benar, tetapi hanya jika kualitas karya tetap dijaga. Shutterstock adalah platform dengan persaingan tinggi, dan hanya konten yang relevan, berkualitas tinggi, serta sesuai tren yang punya peluang besar untuk terjual.

Konten yang asal-asalan, kabur, atau memiliki kesalahan teknis kemungkinan besar tidak akan disetujui oleh reviewer, apalagi terjual.

3. Riset Pasar dan Tren Adalah Kunci

Daripada hanya fokus mengupload sebanyak mungkin, cobalah untuk melakukan riset tren konten yang sedang populer di Shutterstock. Gunakan tools seperti Google Trends, Shutterstock keyword suggestions, dan analisis portofolio top contributors.

Contoh konten yang sering laris antara lain:

  • Ilustrasi vektor bertema liburan dan perayaan

  • Foto lifestyle berkonsep alami

  • Template media sosial

  • Desain t-shirt dan merchandise

  • Flat design icons dan infografik

4. Peran Keyword yang Tepat Sangat Vital

Konten yang bagus tanpa keyword yang relevan sama saja seperti menaruh barang di gudang gelap. Gunakan 50 keyword yang benar-benar menggambarkan isi karya kamu. Kombinasikan antara keyword umum (seperti “background”, “vector”, “design”) dan keyword spesifik (seperti “ramadhan greeting vector”, “coffee cartoon mascot”).

5. Konsistensi dan Kesabaran Adalah Kunci

Banyak kontributor menyerah setelah mengupload 30–40 karya dan belum juga mendapatkan penjualan. Padahal Shutterstock adalah permainan jangka panjang. Semakin konsisten kamu mengupload, semakin algoritma mengenali kamu sebagai kontributor aktif dan memunculkan karya kamu di pencarian.

Saran: Tetapkan target minimal 100 konten pertama sebagai titik awal. Gunakan konten-konten itu untuk belajar dari feedback, memahami tren, dan terus meningkatkan kualitas.


Kesimpulan

Tidak ada jawaban pasti berapa banyak upload yang dibutuhkan untuk mendapatkan penjualan pertama di Shutterstock. Tapi secara umum, antara 50 hingga 200 konten adalah angka rata-rata yang sering disebutkan oleh banyak kontributor. Yang paling penting adalah menjaga kualitas, memperhatikan keyword, mengikuti tren, dan bersikap konsisten.

Jika kamu fokus, belajar dari setiap proses, dan tidak mudah menyerah, penjualan pertamamu hanya tinggal menunggu waktu.


Shutterstock pemula, jualan di shutterstock, penjualan pertama shutterstock, tips jualan microstock, cara jual vektor di shutterstock, cara jual foto online, jual gambar vektor, strategi jualan desain, microstock indonesia, ilustrator di shutterstock, jual desain digital, upload shutterstock berapa banyak, desain laku di shutterstock, cara dapat uang dari desain, jual foto online 2025, cara laku di microstock, riset keyword shutterstock, jualan vektor untuk pemula, ilustrasi yang laku, konten populer shutterstock, tips desain microstock, jualan digital art, platform jualan karya, cara riset tren desain, jual desain kaos, jualan di shutterstock 2025, penghasilan dari microstock, konten yang banyak dibeli, foto lifestyle shutterstock, jualan template desain, rekomendasi niche shutterstock, upload vektor shutterstock, upload rutin shutterstock, foto yang cepat laku, ilustrasi tren 2025, jual ikon vektor, cara cepat laku di shutterstock, jual poster digital, jualan art digital, karya pertama shutterstock, pendapatan shutterstock, jadi kontributor shutterstock, sukses di shutterstock, jual desain tanpa modal, cara daftar shutterstock, cara lolos review shutterstock, tips kontributor pemula, jualan desain online, jual konten digital

Share:

Mendaftar shutterstock apakah harus punya NPWP?



Bagi para kreator visual di Indonesia—baik fotografer, ilustrator, desainer grafis, hingga videografer—platform microstock seperti Shutterstock menjadi salah satu ladang untuk mendapatkan penghasilan dolar dari karya digital. Namun, saat hendak memulai, banyak pemula yang bertanya-tanya soal persyaratan administratif, terutama mengenai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Sebenarnya, apakah mendaftar Shutterstock wajib punya NPWP? Mari kita kupas secara lengkap dan tuntas.


1. Mengenal Shutterstock dan Sistem Pembayaran Royalti

Shutterstock adalah salah satu marketplace global yang menjual konten digital berupa foto, ilustrasi vektor, video, dan musik. Kreator yang mengunggah karya disebut contributor, dan akan mendapatkan penghasilan dari setiap lisensi atau penjualan yang terjadi.

Nah, karena Shutterstock berbasis di Amerika Serikat, ada satu hal penting yang harus dipahami: pajak penghasilan. Shutterstock akan memotong pajak dari penghasilan kontributor asing, termasuk dari Indonesia, sesuai aturan perpajakan internasional.


2. Fakta Penting: NPWP Bukan Syarat Mendaftar

Secara teknis, NPWP tidak diwajibkan saat mendaftar akun Shutterstock. Proses pendaftaran cukup sederhana:

  • Mengisi data diri (nama, email, alamat),

  • Verifikasi identitas dengan KTP atau paspor,

  • Upload karya pertama.

Tidak ada kolom khusus yang meminta NPWP saat mendaftar.

Namun, urusan pajak akan muncul saat mengisi formulir tax form di akun contributor.


3. Tax Form Shutterstock: Wajib Diisi, Tapi Tidak Butuh NPWP

Shutterstock mewajibkan semua kontributor mengisi formulir pajak (Tax Form) sesuai aturan Internal Revenue Service (IRS) Amerika Serikat.

Bagi kontributor Indonesia, biasanya akan diminta mengisi formulir W-8BEN. Formulir ini digunakan oleh non-resident aliens (orang asing di luar AS) untuk menyatakan bahwa mereka berhak atas pengurangan pajak sesuai perjanjian pajak antara negaranya dan Amerika.

➡️ Isi yang diminta dalam W-8BEN:

  • Nama lengkap,

  • Negara domisili,

  • TIN (Taxpayer Identification Number) jika ada,

  • Tanda tangan digital.

Nah, di bagian TIN ini lah pertanyaan tentang NPWP sering muncul.


4. TIN (Tax Identification Number) dan Hubungannya dengan NPWP

TIN adalah istilah global untuk nomor identifikasi pajak. Di Indonesia, TIN setara dengan NPWP.

  • Jika Anda punya NPWP, maka Anda bisa mengisinya di kolom TIN.

  • Jika belum punya NPWP, Anda tetap bisa mengosongkan kolom TIN.

Namun, ada konsekuensinya.

❗ Konsekuensi Tidak Mengisi TIN (Tidak Ada NPWP)

Jika kolom TIN dibiarkan kosong, Shutterstock akan memotong pajak dari penghasilan Anda sebesar 30%.

Sebaliknya, jika Anda mengisi TIN (dengan NPWP Anda), potongan pajak akan lebih kecil, mengikuti tarif perjanjian pajak antara Indonesia dan Amerika Serikat, yaitu sebesar 10%.


5. Jadi, Harus Punya NPWP atau Tidak?

Kesimpulannya:

  • Untuk mendaftar akun Shutterstock, Anda tidak wajib punya NPWP.

  • Tapi untuk mengurangi potongan pajak dari 30% menjadi 10%, sebaiknya Anda memiliki NPWP dan mengisi TIN saat submit W-8BEN.

Keputusan ada di tangan Anda:

Punya NPWP              Potongan Pajak
       Tidak                        30%
         Ya                        10%

Jadi, jika Anda serius ingin mendapatkan penghasilan dari Shutterstock secara berkelanjutan, punya NPWP adalah langkah bijak agar tidak rugi di pemotongan pajak.


6. Bagaimana Jika Belum Punya NPWP?

Jika Anda belum punya NPWP, tidak perlu panik. Anda masih bisa memulai dan mendaftar sebagai kontributor. Sambil berjalan, Anda bisa mengurus pembuatan NPWP secara online lewat website DJP (Direktorat Jenderal Pajak) atau mendatangi kantor pajak terdekat.

Setelah NPWP jadi, Anda bisa update data di Shutterstock dan mengajukan ulang formulir W-8BEN dengan TIN terisi agar potongan pajaknya berkurang.


7. Penting: Pajak Lokal Tetap Harus Dilaporkan

Meskipun Shutterstock sudah memotong pajak di level internasional, sebagai warga negara Indonesia Anda tetap wajib melaporkan penghasilan dari luar negeri dalam SPT Tahunan. Di sinilah peran NPWP menjadi semakin penting agar Anda bisa patuh pajak sesuai regulasi di Indonesia.


8. Penutup: Memulai Dulu, Lengkapi Kemudian

Banyak pemula terlalu khawatir dengan urusan NPWP sehingga menunda untuk memulai di Shutterstock. Padahal, langkah pertama yang paling penting adalah memulai mengupload karya dan belajar tentang pasar microstock.

NPWP bisa diurus sambil jalan, terutama setelah Anda mulai mendapatkan penghasilan.

Ingat:

  • Daftar tidak harus pakai NPWP.

  • Tapi untuk potongan pajak lebih ringan, punya NPWP sangat disarankan.

Shutterstock indonesia, cara daftar shutterstock, npwp shutterstock, pajak shutterstock, tax form shutterstock, w-8ben shutterstock, npwp microstock, penghasilan dolar shutterstock, potongan pajak shutterstock, contributor shutterstock, npwp untuk freelancer, pajak penghasilan luar negeri, npwp dan royalti, cara mengisi w-8ben, npwp online, perjanjian pajak indonesia amerika, passive income shutterstock,
Share:

Seberpengaruh apa per-level-an di shutterstock?



Sebagai seorang microstocker, kita tentu paham betul bahwa membangun penghasilan pasif dari situs microstock bukan sekadar soal meng-upload gambar, tapi juga soal strategi, konsistensi, dan pemahaman platform. Salah satu aspek penting di Shutterstock yang sering luput dibahas secara mendalam adalah sistem per-level-an contributor, atau sistem tier yang menentukan berapa besar royalti yang kita terima.

Apakah sistem level ini sekadar formalitas? Ataukah benar-benar berdampak besar pada pendapatan kita? Artikel ini akan mengupas secara tuntas dari sudut pandang seorang kontributor aktif di dunia microstock.


📊 Bagaimana Sistem Level di Shutterstock Bekerja?

Shutterstock menggunakan sistem level tahunan berdasarkan jumlah total download yang kamu raih sepanjang tahun kalender (1 Januari–31 Desember). Semakin tinggi levelmu, semakin besar royalti per download yang kamu dapatkan.

Berikut adalah struktur level contributor di Shutterstock (per 2025):

Level         Jumlah Download per Tahun               Persentase Royalti
   1                                 0–100                           15%
   2                            101–250                           20%
   3                            251–500                           25%
   4                            501–2.500                           30%
   5                            2.501–25.000                           35%
   6                            25.001+                           40%

Yang menarik (atau menyakitkan), level ini di-reset setiap awal tahun, artinya kamu akan mulai dari Level 1 lagi setiap bulan Januari, apapun pencapaianmu tahun sebelumnya. Ini yang membuat banyak kontributor menyebut sistem ini sebagai "game tahunan".


💸 Seberapa Pengaruh Level Terhadap Penghasilan?

1. Langsung Mempengaruhi Besaran Royalti

Inilah pengaruh paling jelas dan paling terasa. Misalnya, jika kamu berada di Level 1 dan menjual satu gambar dengan harga $1, kamu hanya akan mendapat $0.15. Namun jika kamu berada di Level 4, kamu bisa mendapatkan $0.30 dari gambar yang sama — artinya dua kali lipat penghasilan hanya karena perbedaan level.

Bagi kontributor yang sudah punya portfolio aktif dan mendulang puluhan download per hari, perbedaan ini sangat signifikan. Pendapatan bisa naik atau turun ratusan hingga ribuan dolar per bulan tergantung pada levelmu.

2. Efek Psikologis dan Motivasi

Naik level bukan hanya soal uang, tapi juga memengaruhi motivasi kerja. Saat kamu berhasil naik ke Level 3 atau 4, biasanya semangat untuk membuat dan mengupload karya meningkat. Sebaliknya, saat Januari tiba dan kamu kembali ke Level 1, perasaan "dimulai dari nol" bisa sangat menguras semangat — apalagi kalau portofoliomu belum terlalu besar.

3. Penyaring Kontributor Aktif

Sistem level ini secara tidak langsung menyaring kontributor yang benar-benar konsisten dan aktif. Mereka yang rutin mengupload dan memiliki portfolio berkualitas tinggi akan lebih cepat naik level, sementara yang pasif akan sulit mendapatkan royalti maksimal.

4. Mendorong Fokus pada Kuantitas dan Kualitas

Karena level didasarkan pada jumlah download, bukan penghasilan total, banyak microstocker akhirnya fokus membuat karya yang laku keras, bukan hanya bagus secara estetika. Ini membuat banyak dari kita jadi lebih data-driven: riset keyword, tren, dan memahami perilaku pembeli jadi bagian dari strategi harian.


⚖️ Kontroversi dan Kritik terhadap Sistem Ini

Sebagian besar kontributor lama merasa sistem ini kurang adil, terutama karena dua alasan:

  • Reset Tahunan: Tidak ada reward jangka panjang. Bahkan kontributor veteran dengan ribuan download tahun lalu tetap harus mulai dari Level 1 setiap tahun.

  • Royalti yang Terlalu Rendah di Level Awal: Level 1 dengan royalti 15% membuat pendapatan sangat kecil, meskipun gambar kita dijual dengan harga penuh.

Namun di sisi lain, sistem ini juga mendorong kompetisi sehat dan membuat para microstocker tetap aktif mengembangkan portofolio mereka.


🎯 Strategi Microstocker Menghadapi Sistem Level Shutterstock

Sebagai microstocker, kita perlu adaptif. Berikut beberapa strategi untuk memaksimalkan potensi di sistem ini:

  1. Upload Konsisten Sejak Awal Tahun

    • Bulan Januari adalah waktu emas untuk “ngebut” dan segera naik level agar royalti meningkat lebih cepat.

  2. Buat Konten yang Laku Cepat

    • Fokus pada konten yang sudah terbukti laku di portofoliomu sebelumnya. Gunakan analisis performa.

  3. Manfaatkan Tren Musiman

    • Misalnya: Valentine di Februari, Ramadan dan Lebaran, Back to School, Natal, dll.

  4. Bangun Portofolio yang Aktif dan Variatif

    • Kombinasikan vektor, foto, dan ilustrasi untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

  5. Jangan Bergantung pada Satu Situs

    • Sistem level Shutterstock yang di-reset tahunan membuat banyak microstocker memilih untuk menyebarkan karya ke situs lain (Adobe Stock, Freepik, dsb.) sebagai diversifikasi penghasilan.


✍️ Kesimpulan: Level Memang Penting, Tapi Bukan Segalanya

Dari sudut pandang seorang microstocker, sistem level di Shutterstock jelas sangat berpengaruh terhadap potensi penghasilan dan arah strategi kerja kita. Level bukan hanya soal status, tapi berkaitan langsung dengan berapa dolar yang bisa kamu bawa pulang dari setiap karya.

Namun, penting juga untuk tidak terlalu terobsesi dengan angka level. Fokus utama tetap harus pada konsistensi produksi, riset pasar, dan kualitas portofolio. Karena pada akhirnya, karya yang berkualitas dan dibutuhkan pasar akan tetap laku — apapun level kamu.


Kalau kamu seorang kontributor aktif di Shutterstock, level berapa yang sedang kamu tempati saat ini? Dan bagaimana strategi kamu menghadapinya tahun ini?

level contributor shutterstock, sistem level shutterstock, royalti shutterstock, download contributor shutterstock, penghasilan shutterstock, reset level tahunan, strategi naik level shutterstock, shutterstock contributor tips, microstock 2025, pendapatan pasif shutterstock, jualan vektor di shutterstock, jualan foto shutterstock, contributor level impact, fungsionalitas level shutterstock, sistem tier shutterstock, reset level januari, microstocker indonesia, pengaruh level shutterstock, cara naik level cepat, shutterstock earning tips

Share:

Jadi kontributor di shutterstock, mending ngejar kuantitas atau kualitas?

Sebagai seorang kontributor di Shutterstock, kualitas dan kuantitas keduanya penting. Namun, jika harus memilih antara kualitas dan kuantitas, maka kualitas harus menjadi prioritas utama.

Kualitas gambar sangat penting untuk memastikan gambar Anda disetujui oleh Shutterstock dan menarik minat pembeli. Shutterstock memiliki standar yang tinggi untuk menerima gambar, dan gambar yang kurang berkualitas dapat ditolak.

Namun, tentu saja, kuantitas juga penting dalam memaksimalkan potensi penghasilan Anda di Shutterstock. Semakin banyak gambar yang Anda unggah, semakin besar kemungkinan ada gambar yang disukai dan dibeli oleh pembeli. Namun, pastikan untuk tidak mengorbankan kualitas dengan mengunggah gambar yang kurang berkualitas hanya untuk meningkatkan jumlah gambar Anda.

Jadi, sebaiknya Anda fokus pada kualitas gambar Anda dan pastikan gambar Anda memenuhi standar Shutterstock sebelum Anda mengunggahnya. Setelah itu, Anda dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan kuantitas gambar Anda dengan tetap memperhatikan kualitasnya.


Pertanyaan serupa: Bagaimana cara mendaftar sebagai kontributor di Shutterstock, Apa saja persyaratan teknis untuk gambar yang akan diunggah ke Shutterstock, Berapa lama waktu yang diperlukan untuk gambar yang diunggah untuk disetujui oleh Shutterstock, Bagaimana cara mengoptimalkan metadata gambar agar lebih mudah ditemukan oleh pembeli di Shutterstock, Berapa banyak penghasilan yang dapat diperoleh dari penjualan gambar di Shutterstock, Apakah diperbolehkan mengunggah gambar yang sama di platform lain selain Shutterstock, Bagaimana cara melacak penjualan dan penghasilan dari gambar yang diunggah di Shutterstock, Apa saja jenis gambar yang paling laku di Shutterstock, Apa yang harus dilakukan jika gambar yang diunggah ditolak oleh Shutterstock, Apa saja tips untuk meningkatkan penjualan gambar di Shutterstock

Share:

Shutterstock: Kerja tanpa jam kerja


Kerja tanpa jam kerja, atau istilah lainnya, kerja tanpa ada aturan jadwal yang mengikat baik hari, jam, maupun menit, kita bisa kerja kapan saja dan dimana saja, yup itulah tujuan para freelancer yang menjadi kontributor di shutterstock.

Ngomongin dunia microstock khususnya shutterstock adalah satu hal yang menyenangkan untuk para online freelancer, tinggal upoad dan menunggu karya kita dibeli atau didiwnload orang dan kita mendapatkan keuntungan berupa dollar. Bisa menjadi pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan yang dilakukan seusai pulang kantor atau pulang sekolah. Untuk yang suka dunia fotografi, mereka bisa upload foto hasil jepretan mereka di shutterstock dan menghasilkan uang daripada hanya disimpan dan menumpuk di memory card atau di hardisk komputer maupun laptop. Untuk illustrator ataupun orang yang suka menggambar bisa juga upload hasil desainnya di shutterstock agar mendapatnya penghasilan juga.

Jika status kita sebagai kontributor di shutterstock sudah aman, atau dengan kata lain karya yang kita upload di shutterstock sudah dalam jumlah dan kualitas yang mumpuni, kita bisa hidup dan mendapatkan penghasilan rutin perbulannya tanpa harus upload lagi setiap hari, yang artinya kita bisa mulai kerja dengan santai tanpa ada jadwal yang pasti, dan kita bisa mempunyai banyak waktu luang untuk lebih menikmati hidup, traveling contohnya, ataupun berkumpul dengan keluarga, dibandingkan harus bekerja dikantor dari pagi sampai sore bahkan malam, yang membuat kita terbatas atau jarang bisa berkumpul dengan keluarga.

Karya yang kita upload di shutterstock tidak akan habis, dan tetap ada, pembeli hanya mendapatkan kopian download dari karya kita, sehingga karya kita bisa laku atau didownload puluhan kali, ratusan, bahkan ribuan kali dengan nominal yang berbeda-beda sesuai dengan lisensi dan paket yang dipilih si pembeli saat ingin mendonwload karya kita.

Ada satu teman yang bercerita, tentang perjalanannya sebagai kontributor di shutterstock yang hobi fotografi, yang awalnya hanya bekerja dikantor dengan waktu dan pendapatan yang terbatas kemudian memutuskan untuk menjalani pekerjaan sampingan sebagai kontributor di shutterstok, dan setelah dirasa status kontributornya di shutterstock dirasa aman, Ia mulai resign dari pekerjaan di kantornya dan mulai fokus hanya sebagai kontributor di shutterstok. Akhirnya Ia kini memutuskan untuk traveling menikmati alam sembari hunting foto untuk dikumpulkan dan diupload di shutterstok, menimati alam, menikmati waktu, menikmati perjalanan, tanpa batasan waktu dan pendapatan.

Sangat menyenangkan untuk dibayangkan apalagi kita jalani. Buat yang baru join shutterstock dan pendapatannya sedikit ya jangan berkecil hati, mungkin usaha dan doanya masih kurang. Di shutterstock jumlah pendapatan berbanding lurus dengan jumlah dan kualitas karya yang kita upload, jadi upload saja setiap hari walaupun cuma satu karya. Buat yang belum join shutterstock, ada link untuk daftar di tab atas, selamat mencoba.

Share:

Logo seperti apa yang laku di shutterstock?

Selamat pagi freelancer mania, ketemu lagi dengan fiverr addict disini, kali ini saya akan membahas beberapa pertanyaan dari freelancer mania tentang logo seperti apa yang laku dijual di shutterstock, banyak contributor shutterstock yang baru join di shutterstock bingung harus membuat logo seperti apa untuk dijual di shutterstock.

Jadi pada dasarnya semua jenis logo bisa terjual di shutterstock tanpa ada batasan tema atau kategori, karena di shutterstock ini pasarnya dunia ya, jadi kalian buat logo aja se-nemunya inspirasi, kalau bisa 1 tema ya silahkan, tapi kalau sukanya campur campur ya silahkan juga.

Disini saya tunjukin 4 logo sederhanya saya yang telah terjual beberapa kali di shutterstock:


1. Yang pertama ini adalah logo dari gabungan huruf Z dan O, font nya pun cuma dari font arial yg saya modifikasi saya kasih warna putih dan background kuning emas, ini sudah terjual atau terdownload sebanyak 5 kali dengan nilai $ 1,84












2. Kemudian yang kedua ini hanya huruf R, fontnya arial lagi kalau gak salah, cuma saya masukin ke dalam bentuk lingkaran dan saya panjangkan kakinya aja, sudah terjual atau terdownload sebanyak 11 kali dengan nilai $ 1,92, cukup lumayan banyak mengingat logo ini sangat sederhana.











3. Untuk yang ke tiga, yang tak kalah sederhanyanya, ini adalah huruf M yang saya masukkan ke dalam bentuk hexagon kemudian sedikit saya potong bawahnya, saya kasih warna biru dengan background hitam, baru terdownload 1 kali sih ya dengan nilai $0.10. lumayan lah ya, terdownloadnya juga pas saya lagi tidur.











4. Dan yang terakhir logo yang mau saya tunjukin, ini adalah symbol love saya tumpuk sama symbol crown atau mahkota, baru terdownload 1 kali sih ya, tapi nilainya cukup lumayan $ 10,72




















Jadi kesimpulannya, logo apapun bisa terjual atau terdownload di shutterstock, logo logo sederhanya sekalipun, dan unutk nilai downloadnya atau uang yang kita terima pun memang beda beda, tergantung paket pembelian apa yg dipakai si klien untuk mendownload, lisensi apa yg dibeli oleh si klien, dan juga level berapa akun shutterstock kita, dan juga masih ada faktor faktor lain yang mempengaruhi nilai download kita.
Jadi jangan dilihat dari kecil nilai per downloadnya ya, karena 1 logo saya bisa terdownload bahkan sampai ratusan atau ribuan kali, dan jangan lupa juga kita lagi tidurpun, penjualan logo kita akan tetap berjalan, uangpun tetap masuk ke akun kita tanpa kita harus buka akun kita setiap saat.

Kalian masih bisa sibuk dengan hobi dan rutinitas kalian sembari duit dari shutterstock tetap masuk. Jadi shutterstock ini sangat cocok buat disebut bisnis pasif income.

Oke, kalau masih ada yang bingung, bisa kalian tanyakan di kolom komentar, saya jawab jika sempat,
oke kita ketemu lagi di video selanjutnya. terima kasih


Share:

Apakah ada syarat minimum jumlah konten yang harus diupload di shutterstock agar bisa laku?

Shutterstock memiliki beberapa persyaratan untuk konten yang diunggah ke platform mereka, namun mereka tidak memiliki persyaratan minimum jumlah konten yang harus diunggah untuk dapat laku.

Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penjualan konten Anda di Shutterstock, seperti kualitas gambar, keunikannya, dan keterlibatan konsumen. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kualitas dan keunikannya agar dapat menarik perhatian calon pembeli.

Selain itu, Shutterstock juga mendorong kontributor untuk mengunggah konten secara teratur dan konsisten, sehingga dapat membangun portofolio yang kuat dan menarik bagi calon pembeli. Dengan cara ini, Anda dapat meningkatkan peluang untuk menjual konten Anda di Shutterstock.

Sebaiknya Anda mengunggah konten berkualitas secara konsisten dan teratur, meskipun tidak ada aturan khusus tentang seberapa sering Anda harus mengunggah konten ke Shutterstock. Bagi sebagian orang, mengunggah konten setiap hari mungkin terlalu sering, sementara bagi yang lain, mengunggah konten seminggu sekali mungkin terlalu jarang.

Namun, perlu diingat bahwa mengunggah konten terlalu sering tidak menjamin keberhasilan atau penjualan yang lebih baik, jika konten yang diunggah tidak berkualitas baik dan tidak unik. Sebaliknya, mengunggah konten yang berkualitas dan unik dengan jadwal yang konsisten dapat membantu membangun portofolio yang kuat dan meningkatkan peluang penjualan di Shutterstock.

Jadi, lebih baik fokus pada kualitas dan keunikan konten Anda dan mengunggahnya secara teratur dan konsisten sesuai kemampuan Anda. Selalu ingat untuk memperhatikan panduan Shutterstock untuk memastikan konten Anda memenuhi persyaratan mereka.


Pertanyaan serupa: mending upload berapa banyak di shutterstock, cara agar banyak yang download di shutterstock, mending upload setiap hari atau seminggu sekali, shutterstock saya kenapa belum da yng download, konten apa yang ramai di shutterstock

Share:

Shutterstock: Mending upload foto atau vector ya?

Selamat pagi online freelancer, apa kabar kalian semua? semoga sehat dan kerjaan online-nya semakin berkembang dan menghasilkan pundi-pundi dollar atau rupiah yang bisa buat hidup sehari-hari atau mungkin buat foya-foya hehehe.... 

Sebelum saya mulai membahas tentang shutterstock pada kesempatan kali ini, saya mau tahu kalian semua freelancer di Shutterstock atau freelancer di Fiverr? atau pekerjaan online lainnya? silahkan tulis di kolom komentar.

Oke balik ke topik yang mau saya bicarakan, kali ini saya mau membahas Shutterstock lagi, ada satu pertanyaan lagi dari subscriber di channel youtube fiverr addict. Ada yang bertanya:

"Bang, kira-kita kalau upload di shutterstock foto atau vector, kemungkinan diterimanya lebih besar yang mana ya ?"

Baiklah, saya akan langsung menjawab pertanyaan ini, saya menjawab berdasarkan pengalaman saya beberapa tahun ini bergelut di bidang microstock khususnya Shutterstock, dan pasti pengalaman orang lain mungkin akan berbeda. Jadi berdasarkan yang saya lakukan dan alami, dari upload foto dan vector, kemungkinan diterima dari total prosentasi atau kemungkinan 100%, jika saya upload foto kemungkinan diapprove sekitar 60%, dan ada sekitar 40% kemungkinan akan ditolak dengan berbagai alasan, diantaranya, alasan noise, fokus, similar content, dan berbagai alasan sejenisnya. Nah sedangkan untuk vector kemungkinan diapprove saya bisa bilang 90%. Masih ada kemungkinan kecil 10% bisa ditolak, paling-paling hanya karena alasan similar konten dan atau deskripsi yang kurang berhubungan. Jadi bisa disimpulkan kemungkinan diterima atau diapprove lebih besar vector ya daripada foto,  dan sekali lagi ini kesimpulan dari apa yang saya lakukan dan alami sendiri ya,  pengalaman orang bisa beda-beda. 

Dan karena kesimpulan itu tadi lah, sampai sekarang portfolio saya di shutterstock paling banyak adalah desain vector, berupa logo maupun ilustrasi, foto hanya untuk selingan saja, ya sesekali lah kalau lagi bosan bikin desain vector.

Kalau diluar sana ada fotografer atau orang yang memang lebih suka di dunia foto dan hanya upload foto saja di shutterstock ya gak papa juga, itu pilihan, yang paling penting adalah terus upload jangan berhenti, jangan males-malesan, karena di shutterstock  "Jumlah portfolio akan berbanding lurus dengan jumlah penghasilan". Jadi terus lah upload, ya paling tidak minimal satu file yang kita upload dalam sehari, pasti bisa.

Nah kalau cara atau tutorial memperbesar kemungkinan foto diapprove di shutterstock nanti saya buatkan pembahasan khusus, tapi kalau gak salah dulu pernah saya buatkan tutorialnya di youtube fiverr addict, coba cari siapa tahu ada, saya agak lupa juga, tapi kayaknya udah pernah bikin deh.

Oke, segini aja pembahasan dari pertanyaan dari subscriber di channel youtube fiverr addict tadi, semoga bermanfaat dan membuat kita semakin tahu tentang shutterstock. Sekian dan Terima kasih.

Korean girl photo created by benzoix - www.freepik.com
Share:

Upload logo atau foto di shutterstock? lebih laku mana?

Selamat pagi freelancer mania, semoga hari ini jualan onlinenya lebih ramai dari hari kemarin, entah apapun jualan kalian. Hari ini saya akan membahas shutterstock lagi, ada pertanyaan, sering ditanyakan para contributor shutterstock pemula ataupun yang baru mau mulai jadi contributor shutterstock, "lebih ramai jualan foto atau logo di shutterstock?", yup pertanyaan paling dasar yang sangat sering ditanyakan, yang padahal jualan di shutterstock nggak melulu tentang logo atau foto, karena di shutterstock kita bisa juga jualan vector, illustrasi, animasi maupun video footage.

Nah kalau menanggapi pertanyaan tadi, lebih ramai jualan apa di shutterstock? Jujur saja saya juga kurang tahu kalau ditanya seperti itu, saya jualan apa yang saya bisa, kebetulan saya bisa bikin logo dan illustrasi ya saya upload logo dan illustrasi, kadang juga saya upload foto walaupun gak terlalu pinter fotografi, cuma modal jeprat jepret aja pakai kamera smartphone, kadang juga pakai kamera mirrorless, ya pengennya saja.

Kalau di akun shutterstock saya sendiri yang sering laku memang desain logo dan illustrasi, karena memang jumlah logo dan illustrasi yang saya upload lebih banyak dari jumlah foto yang saya upload. Saat saya menulis artikel ini, saya punya sekitar 5000 an portfolio, sebagian besar logo dan illustrasi, sedangkan jumlah foto yang saya upload baru sekitar 500 an foto. Memang belum terlalu banyak karena saya sendiri masih termasuk pemula di dunia microstock ini. Target saya paling tidak punya 1 juta portfolio, saat ini baru punya 5000 an, masih sangat-sangat jauh dari target.

Saat ini pun saya masih rajin upload, setiap hari saya upload tanpa skip atau terlewat 1 hari pun, saya upload 5 sampai 20 file setiap hari, kadang ada juga hari dimana saya terlalu sibuk dan terlalu capek, saya tetap sempatkan upload walaupun cuma 1 file, yang penting tidak skip atau terlewat. Hal ini bertujuan untuk melatih kedisiplinan dan ketekunan kita untuk segera dapat mencapai apa target kita, karena kadang kalau sering skip upload beberapa hari saja biasanya rasa malas itu akan semakin besar, dan ujung-ujungnya pasti menyerah atau berhenti. Jadi yuk mulai upload setiap hari di shutterstock, minimal upload 1 saja sudah cukup untuk menjaga ketekunan dan kedisiplinan kita agar pundi-pundi dollar pun segera masuk ke rekening kita.

Ingat ya,  di shutterstock ini pasif income,  kalau portfolio kita sudah banyak, kita tidur pun uang akan tetap masuk rekening kita secara otomatis. Jadi penghasilan kita juga tergantung seberapa rajin kita upload.

Sekian dulu pembahasan saya kali ini,  semoga ada manfaatnya buat freelancer mania sekalian.  Terima kasih. 

Woman photo created by wayhomestudio - www.freepik.com
Share:

Seberapa besar perusahaan shutterstock?



Shutterstock adalah salah satu perusahaan terkemuka di industri microstock, dan skalanya sangat besar. Berikut adalah beberapa informasi mengenai ukuran dan pengaruh perusahaan ini:

Ukuran dan Cakupan Shutterstock

  1. Koleksi Aset

    • Shutterstock memiliki lebih dari 450 juta aset digital dalam portofolionya, termasuk foto, video, ilustrasi, musik, dan vektor.
    • Mereka terus menambahkan jutaan konten baru setiap bulan, yang berasal dari kontributor di seluruh dunia.
  2. Jangkauan Global

    • Shutterstock melayani pelanggan di lebih dari 150 negara dan menyediakan konten dalam 21 bahasa.
    • Basis penggunanya mencakup berbagai industri, mulai dari media, periklanan, hingga usaha kecil dan menengah.
  3. Jumlah Kontributor

    • Perusahaan memiliki lebih dari 2 juta kontributor aktif yang menyediakan konten.
  4. Pelanggan

    • Shutterstock memiliki lebih dari 2 juta pelanggan aktif, termasuk perusahaan besar seperti Google, BBC, dan Disney.

Keuangan dan Pendapatan

  1. Pendapatan Tahunan

    • Pada tahun 2022, Shutterstock melaporkan pendapatan sebesar $773 juta, yang menunjukkan stabilitas dan pertumbuhan di sektor ini.
  2. Model Bisnis

    • Shutterstock menggunakan model langganan dan pay-per-download, yang menjadikannya fleksibel untuk berbagai jenis pengguna.

Posisi di Industri

  • Salah Satu Pemimpin Pasar: Shutterstock adalah salah satu dari "Big Four" di industri microstock, bersama dengan Adobe Stock, iStock, dan Getty Images.
  • Inovasi Teknologi: Perusahaan ini berinvestasi dalam teknologi seperti pencarian berbasis AI untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

Nilai Pasar

  • Shutterstock terdaftar di Bursa Efek New York (NYSE) dengan kode saham SSTK. Pada puncaknya, kapitalisasi pasarnya mencapai miliaran dolar.

Relevansi untuk Kontributor

Sebagai salah satu platform microstock terbesar, Shutterstock adalah tempat yang sangat kompetitif. Namun, karena basis pengguna yang luas, potensi penjualan aset juga sangat besar.

Share:

Follow blog ini

Featured Post

Semua Sudah Serba Online, dan Loe Masih Kerja di Kantor?

Berlangganan lewat email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Blog Archive

Followers