Blog para freelancer

Showing posts with label shutterstock indonesia. Show all posts
Showing posts with label shutterstock indonesia. Show all posts

Mendaftar shutterstock apakah harus punya NPWP?



Bagi para kreator visual di Indonesia—baik fotografer, ilustrator, desainer grafis, hingga videografer—platform microstock seperti Shutterstock menjadi salah satu ladang untuk mendapatkan penghasilan dolar dari karya digital. Namun, saat hendak memulai, banyak pemula yang bertanya-tanya soal persyaratan administratif, terutama mengenai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Sebenarnya, apakah mendaftar Shutterstock wajib punya NPWP? Mari kita kupas secara lengkap dan tuntas.


1. Mengenal Shutterstock dan Sistem Pembayaran Royalti

Shutterstock adalah salah satu marketplace global yang menjual konten digital berupa foto, ilustrasi vektor, video, dan musik. Kreator yang mengunggah karya disebut contributor, dan akan mendapatkan penghasilan dari setiap lisensi atau penjualan yang terjadi.

Nah, karena Shutterstock berbasis di Amerika Serikat, ada satu hal penting yang harus dipahami: pajak penghasilan. Shutterstock akan memotong pajak dari penghasilan kontributor asing, termasuk dari Indonesia, sesuai aturan perpajakan internasional.


2. Fakta Penting: NPWP Bukan Syarat Mendaftar

Secara teknis, NPWP tidak diwajibkan saat mendaftar akun Shutterstock. Proses pendaftaran cukup sederhana:

  • Mengisi data diri (nama, email, alamat),

  • Verifikasi identitas dengan KTP atau paspor,

  • Upload karya pertama.

Tidak ada kolom khusus yang meminta NPWP saat mendaftar.

Namun, urusan pajak akan muncul saat mengisi formulir tax form di akun contributor.


3. Tax Form Shutterstock: Wajib Diisi, Tapi Tidak Butuh NPWP

Shutterstock mewajibkan semua kontributor mengisi formulir pajak (Tax Form) sesuai aturan Internal Revenue Service (IRS) Amerika Serikat.

Bagi kontributor Indonesia, biasanya akan diminta mengisi formulir W-8BEN. Formulir ini digunakan oleh non-resident aliens (orang asing di luar AS) untuk menyatakan bahwa mereka berhak atas pengurangan pajak sesuai perjanjian pajak antara negaranya dan Amerika.

➡️ Isi yang diminta dalam W-8BEN:

  • Nama lengkap,

  • Negara domisili,

  • TIN (Taxpayer Identification Number) jika ada,

  • Tanda tangan digital.

Nah, di bagian TIN ini lah pertanyaan tentang NPWP sering muncul.


4. TIN (Tax Identification Number) dan Hubungannya dengan NPWP

TIN adalah istilah global untuk nomor identifikasi pajak. Di Indonesia, TIN setara dengan NPWP.

  • Jika Anda punya NPWP, maka Anda bisa mengisinya di kolom TIN.

  • Jika belum punya NPWP, Anda tetap bisa mengosongkan kolom TIN.

Namun, ada konsekuensinya.

❗ Konsekuensi Tidak Mengisi TIN (Tidak Ada NPWP)

Jika kolom TIN dibiarkan kosong, Shutterstock akan memotong pajak dari penghasilan Anda sebesar 30%.

Sebaliknya, jika Anda mengisi TIN (dengan NPWP Anda), potongan pajak akan lebih kecil, mengikuti tarif perjanjian pajak antara Indonesia dan Amerika Serikat, yaitu sebesar 10%.


5. Jadi, Harus Punya NPWP atau Tidak?

Kesimpulannya:

  • Untuk mendaftar akun Shutterstock, Anda tidak wajib punya NPWP.

  • Tapi untuk mengurangi potongan pajak dari 30% menjadi 10%, sebaiknya Anda memiliki NPWP dan mengisi TIN saat submit W-8BEN.

Keputusan ada di tangan Anda:

Punya NPWP              Potongan Pajak
       Tidak                        30%
         Ya                        10%

Jadi, jika Anda serius ingin mendapatkan penghasilan dari Shutterstock secara berkelanjutan, punya NPWP adalah langkah bijak agar tidak rugi di pemotongan pajak.


6. Bagaimana Jika Belum Punya NPWP?

Jika Anda belum punya NPWP, tidak perlu panik. Anda masih bisa memulai dan mendaftar sebagai kontributor. Sambil berjalan, Anda bisa mengurus pembuatan NPWP secara online lewat website DJP (Direktorat Jenderal Pajak) atau mendatangi kantor pajak terdekat.

Setelah NPWP jadi, Anda bisa update data di Shutterstock dan mengajukan ulang formulir W-8BEN dengan TIN terisi agar potongan pajaknya berkurang.


7. Penting: Pajak Lokal Tetap Harus Dilaporkan

Meskipun Shutterstock sudah memotong pajak di level internasional, sebagai warga negara Indonesia Anda tetap wajib melaporkan penghasilan dari luar negeri dalam SPT Tahunan. Di sinilah peran NPWP menjadi semakin penting agar Anda bisa patuh pajak sesuai regulasi di Indonesia.


8. Penutup: Memulai Dulu, Lengkapi Kemudian

Banyak pemula terlalu khawatir dengan urusan NPWP sehingga menunda untuk memulai di Shutterstock. Padahal, langkah pertama yang paling penting adalah memulai mengupload karya dan belajar tentang pasar microstock.

NPWP bisa diurus sambil jalan, terutama setelah Anda mulai mendapatkan penghasilan.

Ingat:

  • Daftar tidak harus pakai NPWP.

  • Tapi untuk potongan pajak lebih ringan, punya NPWP sangat disarankan.

Shutterstock indonesia, cara daftar shutterstock, npwp shutterstock, pajak shutterstock, tax form shutterstock, w-8ben shutterstock, npwp microstock, penghasilan dolar shutterstock, potongan pajak shutterstock, contributor shutterstock, npwp untuk freelancer, pajak penghasilan luar negeri, npwp dan royalti, cara mengisi w-8ben, npwp online, perjanjian pajak indonesia amerika, passive income shutterstock,
Share:

Kenapa Gambar Jelek Pun Bisa Laku di Microstock? Ini Jawabannya!



Kalau kamu baru mulai jualan di microstock, mungkin kamu pernah heran:
“Kok gambar seadanya, bahkan kelihatan jelek, bisa laku terus di microstock?”
Sementara karya yang menurutmu keren, artistik, dan niat banget justru... sepi pembeli.

Tenang, kamu tidak sendirian. Banyak kontributor microstock, dari pemula sampai yang senior, pernah bertanya-tanya soal fenomena ini. Nah, di artikel ini, kita akan bongkar kenapa gambar yang "jelek" pun bisa laku, bahkan kadang lebih laku daripada gambar yang "bagus" versi kita.


1. Microstock Bukan Kontes Karya Seni

Yang pertama harus kamu pahami: microstock itu bukan lomba desain atau fotografi.
Microstock adalah pasar. Orang datang ke situs seperti Shutterstock, Adobe Stock, atau iStock bukan untuk menikmati keindahan gambar, tapi untuk mencari gambar yang mereka butuhkan.

Kebutuhan mereka seringkali praktis, bukan soal estetika:

  • Desainer butuh gambar cepat untuk klien mereka.

  • Blogger cari ilustrasi untuk mendukung artikel.

  • Perusahaan butuh foto untuk presentasi.

Selama gambar itu relevan dan memenuhi fungsi, masalah "jelek" atau "bagus" jadi nomor sekian.


2. Gambar Jelek = Gambar Spesifik

Kadang gambar yang kelihatan biasa aja, bahkan cenderung jelek, mewakili sesuatu yang sangat spesifik.

Contoh:

  • Foto jalanan becek.

  • Ilustrasi tangan memegang paku karatan.

  • Gambar kartun sederhana tentang sakit perut.

Bisa jadi, gambar seperti ini jarang ada yang buat, jadi persaingannya kecil. Pembeli yang butuh gambar itu, tidak punya banyak pilihan lain. Mau tidak mau, mereka beli walau tampilannya pas-pasan.

Ingat:
Spesifik dan dibutuhkan > Indah tapi tidak relevan.


3. Microstock Menyukai Kuantitas

Microstock mengandalkan stok — banyak gambar untuk banyak kebutuhan.
Pemain sukses di microstock sering bukan yang upload satu gambar "sempurna", melainkan yang upload ribuan gambar untuk berbagai macam situasi.

Logikanya sederhana:

  • Kalau kamu punya 100 gambar biasa-biasa aja, peluangmu lebih besar ketimbang 1 gambar super artistik.

  • Traffic ke portfolio kamu lebih banyak, kemungkinan pembelian juga naik.

Karena itu, gambar-gambar "jelek" yang banyak di-upload tetap punya peluang untuk laku, karena mereka memenuhi kebutuhan pasar yang luas dan beragam.


4. Banyak Pembeli Tidak Punya Standar Tinggi

Kenyataannya, tidak semua pembeli microstock adalah agensi besar atau desainer profesional.
Banyak dari mereka:

  • Blogger pribadi

  • Pemilik usaha kecil

  • Guru yang cari materi presentasi

  • Penulis buku indie

  • Content creator

Mereka lebih mementingkan konten yang cocok daripada kualitas visual super tinggi.
Selama gambar itu sesuai tema dan bisa digunakan, mereka oke-oke saja, bahkan tidak terlalu mempermasalahkan noise, komposisi yang kurang pas, atau style yang sederhana.


5. Emosi dan Cerita Lebih Penting

Gambar yang "jelek" kadang justru terasa lebih jujur, lebih relatable, dan menyampaikan emosi yang dibutuhkan pembeli.

Misalnya:

  • Foto buram seseorang tersenyum polos lebih menyentuh dibandingkan foto studio yang super kinclong.

  • Ilustrasi kartun canggung tentang kegagalan lebih mudah diterima daripada ilustrasi ultra-polished yang terasa terlalu formal.

Koneksi emosional membuat pembeli mau klik tombol beli — bukan semata-mata karena keindahan visualnya.


Kesimpulan: Fokus pada Kebutuhan, Bukan Sempurna

Kalau kamu mau sukses di microstock, berhenti terlalu keras mengejar "sempurna".
Tanyakan ini saat membuat karya:

  • Apakah gambar ini menyelesaikan masalah atau kebutuhan orang?

  • Apakah gambar ini relevan untuk industri tertentu?

  • Apakah gambar ini spesifik dan jarang ada stok serupa?

Kalau jawabannya "ya", maka peluang laku itu tetap ada — bahkan kalau menurutmu gambarnya "jelek".

Di dunia microstock, kebutuhan lebih penting daripada keindahan.
Upload terus, pantau tren, dan jangan takut berkarya meski kamu merasa gambar kamu belum sempurna. Karena siapa tahu, justru karya "biasa" itulah yang menghasilkan dollar pertamamu!

microstock indonesia, foto yang laku di microstock, upload shutterstock, shutterstock indonesia, tutorial foto, jualn foto online, jualan di shutterstock, fiverr addict

Share:

Apa ada tanggal khusus agar upload di microstock bisa ramai download?



Menjadi seorang microstocker bukan hanya soal kreativitas, tetapi juga strategi. Salah satu faktor penting yang menentukan kesuksesan sebuah desain adalah timing. Upload di waktu yang tepat bisa membuat karyamu lebih cepat ditemukan dan diunduh oleh pembeli. Nah, kapan waktu terbaik untuk upload desain ke microstock?

Pemilihan tanggal upload yang tepat di microstock bisa memengaruhi jumlah download, terutama jika desainmu terkait dengan tren atau musim tertentu.

Tanggal-Tanggal Strategis untuk Upload di Microstock

  1. Awal Tahun (Januari - Februari)

    • Tema: Tahun Baru, Valentine, Imlek

    • Waktu Upload: November - Desember tahun sebelumnya

  2. Musim Semi (Maret - Mei)

    • Tema: Paskah, Hari Bumi, Wedding Season

    • Waktu Upload: Januari - Februari

  3. Musim Panas (Juni - Agustus)

    • Tema: Liburan musim panas, 4th of July (AS), Back to School

    • Waktu Upload: April - Mei

  4. Musim Gugur (September - November)

    • Tema: Halloween, Thanksgiving, Black Friday

    • Waktu Upload: Juli - Agustus

  5. Musim Dingin (Desember - Februari)

    • Tema: Natal, Tahun Baru, Winter Season

    • Waktu Upload: September - Oktober

Dengan memahami pola musiman dan tren, kamu bisa memaksimalkan peluang download dan meningkatkan penghasilan. Jadi, jangan hanya fokus pada kualitas desain, tetapi juga rencanakan strategi upload dengan baik. Selamat berkarya dan semoga sukses di dunia microstock!"

Share:

Apakah Harus Punya Kamera untuk Menjadi Microstocker?



Di era digital saat ini, banyak orang mencari cara untuk mendapatkan penghasilan dari internet. Salah satu caranya adalah dengan menjadi microstocker, yaitu seseorang yang menjual karya digital seperti foto, vektor, ilustrasi, atau footage video di situs microstock seperti Shutterstock, Adobe Stock, dan Freepik. Namun, bagi pemula, sering muncul pertanyaan: Apakah harus punya kamera untuk bisa sukses di microstock?

Microstock Tidak Hanya Tentang Fotografi

Banyak orang berpikir bahwa microstock identik dengan fotografi, sehingga memiliki kamera dianggap sebagai syarat utama. Padahal, dunia microstock jauh lebih luas. Selain foto, ada juga kategori lain yang sangat diminati seperti:

  • Ilustrasi vektor – Banyak desainer sukses hanya dengan menjual vektor grafis, ikon, logo, dan karakter kartun.
  • Desain grafis – Template desain, UI kit, dan elemen grafis juga laku keras.
  • AI-generated art – Seni yang dihasilkan dengan kecerdasan buatan (AI) mulai populer.
  • Footage video – Klip pendek dengan tema spesifik banyak dicari, meskipun ini memang memerlukan kamera atau software animasi.

Jika seseorang tidak memiliki kamera, mereka masih bisa sukses dengan membuat karya digital lain, terutama ilustrasi vektor yang memiliki pasar luas.

Contoh Microstocker Sukses Tanpa Kamera

Ada banyak kontributor microstock yang berhasil tanpa pernah mengambil satu pun foto, contohnya:

  • Andrey Popov – Ilustrator yang sukses dengan menjual vektor bertema bisnis dan karakter.
  • Macrovector – Salah satu akun microstock terbesar yang sepenuhnya menjual ilustrasi vektor.

Mereka membuktikan bahwa tanpa kamera pun, microstock tetap bisa menjadi sumber penghasilan yang menguntungkan.

Kesimpulan

Memiliki kamera memang bisa menjadi keunggulan jika ingin fokus menjual foto atau footage video. Namun, itu bukan satu-satunya cara untuk sukses di microstock. Jika seseorang lebih suka membuat ilustrasi, desain grafis, atau AI-generated art, mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan besar di platform ini. Yang terpenting adalah memahami tren pasar, meningkatkan kualitas karya, dan konsisten mengunggah konten berkualitas.

Jadi, apakah harus punya kamera untuk menjadi microstocker? Jawabannya: Tidak! Yang dibutuhkan adalah kreativitas, strategi yang tepat, dan kerja keras untuk membangun portofolio yang laku di pasaran. 

Share:

Kenapa bisnis digital download adalah bisnis masa depan?



Di era digital yang terus berkembang, kebutuhan akan konten visual semakin tinggi. Dari bisnis kecil hingga perusahaan besar, semua membutuhkan desain berkualitas untuk branding, pemasaran, dan produk mereka. Sebagai seorang microstocker, saya melihat peluang besar dalam bisnis digital download—model bisnis yang memungkinkan kreator menjual karya mereka berulang kali tanpa batas fisik. Dengan satu desain atau foto, saya bisa mendapatkan penghasilan pasif, tanpa perlu memikirkan stok barang atau biaya produksi tambahan. 

1. Permintaan Konten Digital yang Terus Meningkat

Dunia semakin bergantung pada media digital. Bisnis online, startup, influencer, dan perusahaan besar membutuhkan konten visual untuk branding dan pemasaran. Dari logo, ilustrasi, template desain, hingga elemen grafis untuk media sosial—semua itu menjadi kebutuhan utama yang terus tumbuh.

Sebagai seorang microstocker, saya melihat bahwa banyak bisnis lebih memilih membeli desain siap pakai daripada membuatnya dari nol. Hal ini karena lebih hemat biaya dan waktu dibandingkan merekrut desainer untuk setiap kebutuhan kecil.

2. Model Bisnis yang Scalable & Pasif

Salah satu keunggulan utama bisnis digital download adalah modelnya yang scalable dan pasif.

  • Scalable → Satu desain bisa dijual berkali-kali tanpa batasan fisik. Tidak seperti bisnis produk fisik yang harus menyimpan stok atau menangani pengiriman, produk digital bisa diakses kapan saja oleh pelanggan di seluruh dunia.
  • Pasif → Begitu file diunggah ke platform microstock atau toko online pribadi, desain tersebut bisa terus menghasilkan uang tanpa perlu campur tangan lebih lanjut.

Bagi microstocker, ini berarti setiap karya yang dibuat adalah investasi jangka panjang. Semakin banyak koleksi desain yang diunggah, semakin besar potensi pendapatan pasifnya.

3. Biaya Produksi Rendah, Keuntungan Tinggi

Dibandingkan bisnis lain, digital download memiliki keuntungan karena:
Tidak perlu stok barang → Hanya perlu file digital.
Tidak ada biaya produksi tambahan → Desain yang sama bisa dijual berulang kali tanpa biaya ekstra.
Tidak ada biaya pengiriman → Produk dikirim secara otomatis setelah pembelian.

Ini membuat margin keuntungan jauh lebih besar dibandingkan dengan bisnis fisik, di mana setiap unit terjual memiliki biaya produksi dan pengiriman.

4. Pasar Global & Fleksibilitas

Bisnis digital memungkinkan kita menjual ke pasar global tanpa batas geografis. Dengan platform seperti Shutterstock, Adobe Stock, Etsy, dan Creative Market, saya bisa menjual desain saya ke pelanggan dari berbagai negara tanpa harus berurusan dengan logistik.

Selain itu, bisnis ini sangat fleksibel. Saya bisa bekerja dari mana saja, kapan saja, dan tetap menghasilkan uang dari karya yang sudah saya buat sebelumnya.

5. Tren AI & Otomasi yang Mendukung

Kemajuan teknologi AI seperti generator gambar dan desain otomatis sebenarnya bukan ancaman, tetapi peluang. Dengan pemahaman tren dan keunikan gaya, kita bisa menciptakan karya yang lebih bernilai dibandingkan desain generik AI. Selain itu, AI juga bisa membantu mempercepat proses produksi, memungkinkan microstocker untuk membuat lebih banyak karya dalam waktu lebih singkat.

Dari semua faktor ini, bisnis digital download adalah masa depan, terutama bagi kreator seperti microstocker. Dengan permintaan yang terus tumbuh, biaya produksi yang rendah, model bisnis pasif, dan akses ke pasar global, bisnis ini memberikan peluang besar untuk mendapatkan penghasilan jangka panjang. Dalam dunia yang semakin digital, kreativitas adalah aset utama, dan internet adalah pasar tanpa batas.

Share:

5 alasan yang membuat akun microstockmu sepi download



Bagi seorang microstocker, melihat karya yang diupload sepi dari download bisa menjadi pengalaman yang mengecewakan. Padahal, waktu dan usaha sudah dicurahkan untuk menciptakan desain yang menarik. Namun, kenyataannya, tidak semua karya bisa langsung populer dan laris manis di pasaran. Ada beberapa faktor yang sering kali menjadi penyebab akun microstock sepi download. Memahami alasan-alasan ini bisa membantu mengidentifikasi masalah dan memperbaiki strategi agar karya lebih mudah ditemukan dan diminati pembeli. Berikut adalah 5 alasan utama yang sering menjadi penyebab sepinya download di akun microstock.

5 Alasan Akun Microstock Sepi Download:

  1. Desain Kurang Relevan dengan Tren Pasar – Desain yang tidak mengikuti tren atau kurang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini cenderung kurang diminati. Mengabaikan tren bisa membuat karya terlihat usang dan kurang menarik bagi pembeli.
  2. Penggunaan Kata Kunci yang Tidak Tepat – SEO di platform microstock sangat berpengaruh pada visibilitas karya. Jika kata kunci yang digunakan tidak relevan atau kurang spesifik, karya akan sulit ditemukan oleh calon pembeli.
  3. Kualitas Desain Kurang Memadai – Pembeli lebih memilih karya dengan kualitas tinggi. Desain yang kurang detail, komposisi yang buruk, atau teknik yang kurang matang akan kalah bersaing dengan karya yang lebih profesional.
  4. Kompetisi yang Tinggi di Kategori yang Sama – Jika mengupload di kategori yang sangat kompetitif tanpa menawarkan sesuatu yang unik atau berbeda, karya bisa tenggelam di antara ribuan desain serupa.
  5. Kurangnya Frekuensi Upload dan Variasi Karya – Akun yang jarang diupdate atau kurang memiliki variasi desain cenderung memiliki visibilitas yang rendah. Konsistensi dalam mengupload karya baru dan beragam sangat membantu dalam menarik perhatian pembeli.
Sepinya download di akun microstock bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang terkadang tidak disadari. Namun, hal ini bukanlah akhir dari perjalanan sebagai microstocker. Dengan memahami penyebabnya dan melakukan perbaikan, peluang untuk meningkatkan penjualan akan semakin besar. Kuncinya adalah tetap adaptif, terus belajar, dan konsisten dalam berkarya. 
Share:

5 sifat yang harus dihindari seorang microstocker



Menjadi microstocker yang sukses bukan hanya tentang apa yang harus dimiliki, tetapi juga tentang apa yang harus dihindari. Dalam perjalanan mengarungi dunia microstock yang kompetitif, ada beberapa sifat yang bisa menjadi penghambat dan bahkan merugikan karier. Sifat-sifat ini sering kali tidak disadari, namun dampaknya bisa sangat signifikan terhadap produktivitas, kualitas karya, hingga penjualan. Berikut ini adalah 5 sifat yang sebaiknya dihindari oleh seorang microstocker agar bisa terus berkembang dan bersaing di pasar global.

5 Sifat yang Harus Dihindari:

  1. Malas dan Kurang Disiplin – Kurangnya komitmen dalam mengupload karya secara konsisten dapat menurunkan visibilitas dan peluang penjualan. Tanpa disiplin waktu, produktivitas juga akan terhambat.
  2. Tidak Mau Belajar dan Beradaptasi – Menutup diri dari tren desain dan perkembangan teknologi dapat membuat karya menjadi usang dan tidak relevan di pasar.
  3. Tidak Sabar dan Mudah Menyerah – Hasil yang instan jarang terjadi di dunia microstock. Tidak sabar dalam menunggu hasil atau mudah menyerah saat karya ditolak bisa menghentikan potensi perkembangan.
  4. Mengabaikan Kualitas – Fokus pada kuantitas tanpa memperhatikan kualitas karya akan merugikan dalam jangka panjang, karena pembeli lebih menghargai desain yang berkualitas.
  5. Tidak Memperhatikan SEO dan Pemasaran – Mengabaikan pentingnya kata kunci, judul, dan deskripsi yang relevan bisa membuat karya sulit ditemukan, berakibat pada rendahnya penjualan.
Menghindari sifat-sifat di atas adalah langkah penting untuk menjadi microstocker yang sukses dan kompetitif. Perjalanan dalam dunia microstock memang penuh tantangan, tetapi dengan menjaga sikap yang tepat, peluang kesuksesan akan semakin terbuka lebar. Fokus pada pengembangan diri, peningkatan kualitas karya, serta strategi pemasaran yang tepat adalah kunci utama untuk tetap relevan dan diminati pasar.
Share:

Apakah upload foto di microstock wajib di edit dulu?



Apakah upload foto di microstock wajib di edit dulu? itu tergantung pada kualitas awal fotonya. Tapi secara umum, foto sebaiknya diedit dulu sebelum diupload ke microstock agar memenuhi standar kualitas dan lebih menarik bagi pembeli.

Kenapa Perlu Diedit?

Meningkatkan Kualitas – Foto mentah (RAW) sering butuh perbaikan warna, kontras, atau pencahayaan.
Menghilangkan Noise & Cacat – Microstock seperti Shutterstock & Adobe Stock punya standar ketat, noise atau blur bisa membuat foto ditolak.
Menyesuaikan dengan Tren Pasar – Editan bisa membuat foto lebih menarik dan sesuai kebutuhan komersial.
Menonjolkan Subjek Utama – Kadang perlu cropping atau penyesuaian agar lebih fokus.

Editan Apa Saja yang Diperlukan?

🔹 Brightness & Contrast – Sesuaikan pencahayaan agar lebih seimbang.
🔹 Color Correction & White Balance – Pastikan warna terlihat natural dan tidak over/under saturated.
🔹 Noise Reduction – Hilangkan noise, terutama di foto low-light.
🔹 Sharpening – Tambah ketajaman agar detail lebih jelas.
🔹 Retouching Minor – Hapus debu, noda, atau elemen yang mengganggu.
🔹 Cropping & Composition – Potong atau sesuaikan framing agar lebih menarik.

Kapan Foto Bisa Langsung Diupload Tanpa Edit?

📌 Jika foto sudah berkualitas tinggi langsung dari kamera, dengan pencahayaan baik & minim noise.
📌 Jika memotret dalam format JPEG dengan settingan optimal dari kamera.
📌 Jika ingin hasil natural tanpa editan berlebihan (misalnya untuk editorial stock).

Share:

Apakah benar bisnis microstock bisa untuk penghasilan utama?



Apakah benar bisnis microstock bisa untuk penghasilan utama? Bisa, tapi dengan syarat tertentu. Bisnis microstock bisa menjadi penghasilan utama jika:

  1. Portfolio Besar & Berkualitas – Semakin banyak karya berkualitas tinggi yang diunggah, semakin besar peluang mendapatkan penghasilan stabil. Biasanya, butuh ribuan hingga puluhan ribu aset untuk bisa menghasilkan pendapatan utama.

  2. Konsisten Upload & Riset Tren – Microstock sangat kompetitif. Jika tidak rutin mengupload dan mengikuti tren pasar, penghasilan bisa menurun.

  3. Diversifikasi Marketplace – Jangan hanya mengandalkan satu platform seperti Shutterstock atau Adobe Stock. Sebar aset ke banyak marketplace agar peluang jual lebih besar.

  4. Fokus pada Niche yang Laku – Misalnya, desain logo, ikon, pattern seamless, ilustrasi bisnis, atau tema yang sering dicari seperti teknologi, kesehatan, dan finansial.

  5. Menerapkan Strategi Bundle & Exclusive Content – Bundle bisa meningkatkan pembelian sekaligus, sementara menjadi contributor eksklusif (misal di Adobe atau iStock) bisa memberi komisi lebih tinggi.

  6. Pendapatan Pasif Jangka Panjang – Butuh waktu membangun, tetapi jika dikelola dengan baik, microstock bisa menjadi sumber penghasilan pasif yang terus berjalan meskipun tidak selalu aktif membuat karya baru.

Banyak microstocker sukses menjadikannya penghasilan utama, tetapi butuh kerja keras, strategi yang tepat, dan kesabaran.

Share:

Kenapa karya microstock kita dihargai sangat murah?



Karya microstock sering dihargai sangat murah karena sifat pasar microstock itu sendiri dan model bisnis yang digunakan oleh platform. Berikut adalah penjelasan mengapa harga per unduhan bisa sangat rendah:


1. Model Bisnis Massal (Volume-Based Business Model)

  • Fokus pada Volume Penjualan: Platform microstock dirancang untuk menjual karya dalam jumlah besar ke banyak pengguna, bukan menjual karya eksklusif dengan harga tinggi.
  • Harga rendah mendorong lebih banyak pembeli untuk mengunduh aset, sehingga memungkinkan pendapatan kumulatif tinggi jika karya laris.

2. Kompetisi yang Ketat

  • Ribuan kontributor mengunggah jutaan karya setiap hari. Pasar yang sangat kompetitif ini membuat platform menekan harga agar tetap menarik bagi pembeli.
  • Jika harga terlalu tinggi, pembeli mungkin beralih ke platform lain dengan penawaran lebih murah.

3. Lisensi Standar Microstock

  • Lisensi yang dijual biasanya tidak eksklusif, artinya pembeli tidak memiliki hak penuh atas karya tersebut dan tidak dapat mengklaimnya sebagai milik mereka. Ini menurunkan nilai jual karya dibandingkan karya eksklusif yang harganya jauh lebih mahal.

4. Paket Langganan

  • Banyak platform menawarkan paket langganan yang memungkinkan pembeli mengunduh sejumlah besar karya dengan biaya tetap per bulan.
  • Ini berarti pendapatan dari setiap unduhan dibagi secara proporsional di antara semua kontributor.

5. Standar Pembayaran Platform

  • Platform seperti Shutterstock, Adobe Stock, atau iStock menetapkan tarif royalti yang relatif rendah untuk kontributor, misalnya antara 15% hingga 40% dari harga unduhan.
  • Sebagian besar pendapatan digunakan untuk operasional platform dan pemasaran.

6. Target Pasar Berbeda

  • Microstock ditujukan untuk pengguna yang mencari konten berkualitas dengan harga terjangkau, seperti desainer kecil, startup, atau pemilik bisnis kecil.
  • Sementara itu, platform premium stock (seperti Getty Images atau 500px Licensing) melayani klien besar dengan anggaran lebih besar, sehingga harga karyanya jauh lebih tinggi.

7. Aksesibilitas yang Tinggi

  • Microstock menawarkan kemudahan bagi pembeli untuk mendapatkan karya tanpa perlu bernegosiasi harga dengan kontributor.
  • Model ini mengurangi eksklusivitas karya dan secara alami menekan harga.

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mendapatkan Nilai Lebih?

  1. Fokus pada Kualitas dan Unikasi
    Buat karya yang spesifik, unik, dan sulit ditemukan di pasar agar memiliki permintaan yang lebih tinggi.

  2. Diversifikasi Platform
    Jangan hanya bergantung pada satu platform. Unggah karya kita ke beberapa platform microstock sekaligus untuk meningkatkan pendapatan.

  3. Coba Platform Premium
    Jika kita memiliki karya yang sangat eksklusif, coba lisensikan di platform seperti Getty Images atau Offset, yang menawarkan harga lebih tinggi untuk karya eksklusif.

  4. Volume dan Konsistensi
    Semakin banyak karya berkualitas tinggi yang kita unggah, semakin besar peluang untuk mendapatkan unduhan massal dan meningkatkan pendapatan kumulatif.

  5. Tambahkan Nilai dengan Variasi
    Ciptakan koleksi karya dengan variasi gaya, tema, atau penggunaan sehingga pembeli memiliki lebih banyak opsi untuk dipilih.


Kesimpulan:

Harga murah di microstock adalah hasil dari model bisnis yang berorientasi pada volume, bukan eksklusivitas. Meskipun harga per unduhan rendah, potensi pendapatan tetap besar jika karya kita banyak diunduh. Dengan strategi yang tepat, kita bisa tetap sukses dan memaksimalkan pendapatan di industri ini.

Share:

Apakah sebagai microstocker kita harus upload aset setiap hari?



Sebagai microstocker, yang penting adalah konsistensi dan kualitas, bukan semata-mata kuantitas. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Algoritma Platform

Platform microstock seperti Shutterstock atau Adobe Stock sering memberi preferensi pada kontributor yang aktif. Mengunggah secara rutin (misalnya, beberapa kali seminggu) bisa membantu menjaga visibilitas portofolio kamu.

2. Fokus pada Kualitas

Lebih baik mengunggah beberapa aset berkualitas tinggi yang relevan dan memiliki potensi pasar daripada banyak aset dengan kualitas biasa-biasa saja.

3. Sesuaikan dengan Jadwal Kamu

Tidak perlu memaksakan diri untuk upload setiap hari. Kamu bisa membuat jadwal yang nyaman, seperti:

  • 1–2 kali seminggu: Untuk portofolio kecil/menengah.
  • Setiap hari: Jika kamu punya waktu dan ingin memaksimalkan momentum.
  • Bulk upload: Simpan beberapa aset dan unggah dalam jumlah besar sekaligus.

4. Analisis Pasar

Perhatikan tren pasar dan kebutuhan musiman. Misalnya, unggah desain bertema Valentine di Januari atau Halloween di September. Ini bisa meningkatkan peluang penjualan.

5. Manajemen Energi

Jaga kesehatan fisik dan mental. Burnout bisa merugikan produktivitas dan kreativitas kamu dalam jangka panjang.

Intinya, upload secara teratur itu penting, tapi jangan sampai mengorbankan kualitas atau keseimbangan hidupmu.

Share:

Apa faktor yang membuat seseorang gagal jadi microstocker sukses?



Ada beberapa faktor yang sering membuat seseorang gagal menjadi microstocker sukses. Berikut beberapa poinnya:

1. Kurangnya Konsistensi

  • Tidak rutin mengunggah karya baru.
  • Tidak memelihara portofolio sehingga koleksi tidak bertambah atau menjadi usang.
  • Konsistensi adalah kunci untuk meningkatkan visibilitas karya di platform.

2. Kualitas Karya yang Kurang

  • Desain kurang menarik atau tidak sesuai dengan tren pasar.
  • Detail gambar kurang rapi, terutama pada ilustrasi vektor.
  • Kurangnya pemahaman tentang teknis seperti resolusi, layering, atau format file.

3. Gagal Memahami Pasar

  • Tidak meneliti tren desain atau kebutuhan klien.
  • Menghasilkan karya yang terlalu umum atau sudah jenuh di pasar.
  • Mengabaikan data seperti kata kunci populer dan performa karya sebelumnya.

4. Kesalahan dalam Pemasaran

  • Tidak menggunakan kata kunci (keywords) yang tepat.
  • Metadata atau deskripsi kurang optimal sehingga karya sulit ditemukan.
  • Mengandalkan satu platform tanpa diversifikasi ke situs microstock lain.

5. Ketidaksabaran

  • Mengharapkan hasil instan dan menyerah terlalu cepat.
  • Tidak memahami bahwa microstock adalah usaha jangka panjang dengan potensi pendapatan pasif.

6. Tidak Mau Belajar

  • Mengabaikan feedback dari pasar atau klien.
  • Tidak meningkatkan skill desain atau tidak mencoba gaya baru.
  • Enggan mempelajari software atau teknik yang sedang berkembang.

7. Pelanggaran Hak Cipta atau Pedoman

  • Menggunakan elemen dari sumber yang tidak legal atau berlisensi.
  • Tidak mematuhi pedoman upload di platform tertentu.
  • Karya ditolak atau akun diblokir karena pelanggaran.

8. Kurangnya Inovasi dan Kreativitas

  • Hanya mengikuti tren tanpa memberikan sentuhan unik.
  • Tidak mencoba niche tertentu yang mungkin kurang kompetitif tapi potensial.
Share:

Apakah bisnis microstock itu bisnis pasif income?


Bisnis microstock dapat menjadi sumber pendapatan pasif, tetapi ini tergantung pada bagaimana Anda mengelolanya. Microstock adalah model bisnis di mana Anda mengunggah foto, gambar vektor, video, atau musik ke platform online yang menghubungkan kreator konten dengan pembeli yang memerlukan media tersebut untuk proyek mereka.

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi apakah bisnis microstock Anda akan menjadi sumber pendapatan pasif:

1. Jumlah Konten: Semakin banyak konten yang Anda unggah, semakin besar potensi pendapatan pasif. Namun, menghasilkan konten yang berkualitas dan relevan adalah kunci. Anda perlu berinvestasi waktu dan usaha dalam menghasilkan dan mengunggah banyak konten.

2. Kualitas Konten: Konten yang berkualitas tinggi cenderung mendapatkan lebih banyak unduhan dan pendapatan pasif. Pastikan foto, video, atau musik Anda sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh platform microstock dan memenuhi kebutuhan pasar.

3. Portofolio Diversifikasi: Membangun portofolio yang beragam dengan berbagai jenis konten dapat membantu Anda mencapai lebih banyak pasar dan meningkatkan pendapatan pasif.

4. Pemantauan dan Pembaruan: Anda perlu memantau kinerja konten Anda secara teratur, mengidentifikasi tren, dan melakukan pembaruan jika diperlukan. Konten yang relevan dengan tren saat ini cenderung lebih laku.

5. Promosi: Beberapa platform microstock memungkinkan Anda untuk mempromosikan konten Anda. Melakukan promosi tambahan dapat membantu meningkatkan pendapatan pasif.

6. Kesabaran: Pendapatan pasif dalam bisnis microstock mungkin tidak terjadi secara instan. Anda mungkin perlu waktu untuk membangun portofolio yang kuat dan membiarkannya berkembang seiring waktu.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa pasar microstock sangat kompetitif. Ada banyak fotografer, videografer, dan kreator konten lainnya yang berpartisipasi dalam bisnis ini. Oleh karena itu, untuk berhasil mencapai pendapatan pasif yang signifikan, Anda perlu memahami pasar, terus belajar, dan tetap berkomitmen untuk meningkatkan konten Anda.

Pendapatan pasif dalam bisnis microstock memerlukan usaha awal yang signifikan untuk membangun portofolio yang solid, tetapi setelah itu, Anda dapat mengharapkan pendapatan yang terus mengalir dengan usaha yang relatif minim.

Share:

kenapa fee yang kita dapat sebagai kontributor microstock sangat kecil?



Ada beberapa alasan mengapa fee atau royalti yang diterima oleh kontributor microstock seringkali terlihat kecil:

1. Model Bisnis Microstock: Model bisnis microstock didasarkan pada penjualan berulang dengan harga yang relatif rendah. Oleh karena itu, fee yang diberikan kepada kontributor cenderung berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan penjualan langsung atau lisensi eksklusif.

2. Kompetisi Tinggi: Industri microstock memiliki persaingan yang sangat tinggi karena banyak kontributor dari seluruh dunia mengunggah konten mereka. Tingginya persaingan ini dapat menekan harga dan royalti yang dibayarkan kepada kontributor.

3. Lisensi Beragam: Banyak platform microstock menawarkan berbagai jenis lisensi yang mempengaruhi royalti. Lisensi yang lebih murah, seperti lisensi editorial atau lisensi berukuran kecil, cenderung memberikan royalti yang lebih rendah daripada lisensi eksklusif atau lisensi yang lebih mahal.

4. Keuntungan Platform: Platform microstock mengambil persentase dari setiap transaksi sebagai komisi untuk menyediakan infrastruktur, promosi, dan pemrosesan pembayaran. Ini juga dapat mengurangi royalti yang diterima oleh kontributor.

Meskipun royalti dalam microstock cenderung lebih rendah per transaksi, beberapa kontributor masih dapat menghasilkan penghasilan yang signifikan dengan mengunggah dan menjual konten secara konsisten dalam jumlah besar. Penting untuk memiliki ekspektasi realistis dan memahami dinamika industri ketika memutuskan untuk menjadi kontributor microstock. Selain itu, diversifikasi portofolio Anda dan fokus pada kualitas konten juga dapat membantu meningkatkan penghasilan Anda dalam jangka panjang.







Share:

Kenapa kita harus upload konten baru terus di situs microstock kita?



Kontinuitas dalam mengunggah konten baru sering kali menjadi salah satu kunci kesuksesan dalam industri microstock. Hal ini karena ada beberapa alasan mengapa mengunggah konten baru secara teratur sangat penting:

1. Relevansi: Tren dalam permintaan konten visual dapat berubah dari waktu ke waktu. Dengan mengunggah konten baru, Anda dapat memastikan bahwa portofolio Anda tetap relevan dengan kebutuhan dan selera pembeli saat ini.

2. Pertumbuhan Portofolio: Semakin besar portofolio Anda, semakin banyak peluang Anda untuk menjual konten. Dengan mengunggah konten baru secara teratur, Anda dapat secara bertahap membangun portofolio yang lebih besar, yang dapat meningkatkan potensi pendapatan Anda.

3. Peringkat dan Visibilitas: Banyak platform microstock memiliki algoritma peringkat yang mempromosikan konten baru atau yang sering diunggah. Dengan mengunggah konten baru, Anda dapat mendapatkan peringkat yang lebih baik dan lebih banyak visibilitas di dalam platform.

4. Pembelajaran dan Perbaikan: Dengan mengunggah konten baru secara teratur, Anda memiliki kesempatan untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan fotografi atau pembuatan konten Anda. Anda dapat menerapkan pelajaran dari konten sebelumnya untuk menghasilkan konten yang lebih baik di masa depan.

Meskipun kontinuitas dalam mengunggah konten baru penting, hal ini juga harus diimbangi dengan kualitas. Konten yang berkualitas tinggi tetap menjadi faktor utama dalam menarik perhatian dan memuaskan pembeli. Jadi, selain mengunggah secara konsisten, pastikan bahwa setiap karya yang Anda unggah memiliki kualitas yang tinggi dan memenuhi standar yang ditetapkan oleh platform microstock yang Anda gunakan.

Share:

9 tips microstocker yang wajib diketahui






Berikut adalah 9 tips untuk menjadi seorang microstocker yang sukses:

1. Kualitas Lebih Penting daripada Kuantitas:

Fokus pada produksi gambar dan video berkualitas tinggi. Agensi stock cenderung lebih menghargai konten berkualitas daripada jumlahnya, jadi luangkan waktu untuk mengedit dan menyempurnakan karya Anda sebelum mengirimkannya.

2. Pantau Tren Pasar:

Tetap up-to-date dengan tren pasar saat ini dan topik yang populer. Fotografi subjek yang banyak diminati, seperti gaya hidup, teknologi, bisnis, dan kesehatan, untuk meningkatkan potensi penjualan Anda.

3. Gunakan Peralatan yang Tepat:

Investasikan dalam peralatan kamera berkualitas baik, termasuk lensa dan pencahayaan, untuk menghasilkan gambar yang tajam dan beresolusi tinggi. Kualitas sangat penting dalam microstock.

4. Optimalkan Kata Kunci dan Metadata:

Metadata yang akurat dan deskriptif sangat penting untuk meningkatkan kemungkinan ditemukan. Gunakan kata kunci, judul, dan deskripsi yang relevan untuk gambar dan video Anda agar peringkat pencarian semakin tinggi.

5. Diversifikasi Portofolio Anda:

Tawarkan berbagai jenis konten yang mencakup berbagai subjek dan gaya. Portofolio yang beragam akan meningkatkan peluang Anda menarik audiens yang lebih luas.

6. Konsistensi adalah Kunci:

Rutin unggah konten baru ke portofolio Anda agar tetap relevan di pasar microstock. Konsistensi dapat membantu membangun basis pelanggan yang setia.

7. Perhatikan Komposisi Gambar:

Pastikan foto Anda memiliki komposisi yang kuat, dengan elemen-elemen yang seimbang, pencahayaan yang baik, dan fokus yang jelas. Ikuti prinsip-prinsip fotografi untuk menciptakan gambar yang menarik secara visual.

8. Pelajari dari Penolakan:

Harapkan beberapa pengiriman Anda ditolak pada awalnya. Gunakan umpan balik penolakan sebagai peluang belajar untuk meningkatkan karya Anda dan memenuhi standar kualitas agensi.

9. Promosikan Portofolio Anda:

Pasarkan portofolio Anda melalui media sosial, situs web Anda, dan saluran online lainnya. Terlibatlah dengan audiens dan calon klien untuk meningkatkan visibilitas dan penjualan.

Ingatlah bahwa kesuksesan dalam fotografi microstock seringkali memerlukan waktu dan kesabaran. Membangun portofolio yang substansial dan menciptakan aliran pendapatan yang konsisten mungkin membutuhkan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun usaha yang berdedikasi. Tetap gigih, beradaptasi dengan perubahan pasar, dan terus mengasah keterampilan Anda untuk memaksimalkan pendapatan Anda sebagai seorang microstocker.

Share:

Beberapa jenis style foto yang laris di microstock


Buat para kontributor di situs microstock khususnya fotografer pasti pada bingung mau produksi foto apa untuk diupload di situs microstock. Kali ini mimin bakal kasih tahu beberapa jenis foto yang biasanya laris manis di situs microstock:

  1. Foto dengan tema bisnis: Foto-foto yang menampilkan orang-orang yang bekerja, melakukan presentasi, atau berinteraksi dengan rekan kerja di kantor atau tempat kerja lainnya biasanya laris di pasar microstock. Foto-foto ini dapat digunakan untuk keperluan pemasaran, promosi, atau media sosial.
  2. Foto dengan tema liburan dan wisata: Foto-foto yang menampilkan objek wisata, pemandangan alam, atau aktivitas liburan seperti berselancar atau berjemur di pantai sangat diminati di pasar microstock, terutama oleh industri pariwisata.
  3. Foto dengan tema makanan: Foto-foto yang menampilkan makanan, minuman, dan kafe atau restoran populer sangat populer di pasar microstock, terutama bagi pelanggan yang mencari gambar untuk dijadikan materi pemasaran atau menu.
  4. Foto dengan tema kehidupan sehari-hari: Foto-foto yang menampilkan orang-orang dalam kegiatan sehari-hari seperti berbelanja, berolahraga, atau berbicara di telepon juga populer di pasar microstock.
  5. Foto dengan tema teknologi: Foto-foto yang menampilkan perangkat teknologi seperti laptop, smartphone, dan tablet sering dicari oleh pelanggan yang mencari gambar untuk keperluan bisnis atau teknologi.
  6. Foto dengan tema kecantikan: Foto-foto yang menampilkan perawatan kulit, rambut, dan make-up, atau model yang menunjukkan hasil produk kecantikan juga sangat populer di pasar microstock.

Dalam menjual foto di pasar microstock, penting untuk memperhatikan tren terbaru dan menciptakan konten yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, kualitas foto juga harus terjaga dengan baik dan memiliki resolusi yang tinggi agar foto dapat digunakan dengan baik oleh pelanggan.

Pertanyaan serupa: Foto apa yang banyak didownload di microstock, microstock apa yang ramai download, foto apa yang banyak dicari di internet

Share:

Apa perbedaan foto Editorial dan Commercial?

Ketika kita mau upload foto ke shutterstock, kadang beberapa dari kita sebagai kontributor kadang dibuat bingung antara memasukkan foto ke kategori Editorial atau Commercial, terus apa sih sebenarnya perbedaan foto Editorial dan Commercial itu?

Perbedaan antara foto editorial dan foto commercial adalah sebagai berikut:

  • Tujuan: Foto editorial digunakan untuk tujuan editorial atau berita, sementara foto commercial digunakan untuk tujuan iklan atau promosi.
  • Konten: Foto editorial biasanya menggambarkan peristiwa, kejadian, atau orang-orang tertentu dan diambil secara spontan, sementara foto commercial dirancang secara khusus untuk mempromosikan suatu produk atau jasa.
  • Hak Cipta: Foto editorial tidak dimiliki hak ciptanya oleh fotografer, sedangkan foto commercial dimiliki hak ciptanya oleh fotografer.
  • Lisensi: Foto editorial dijual dengan lisensi editorial yang memberikan hak penggunaan terbatas untuk keperluan editorial, sementara foto commercial dijual dengan lisensi komersial yang memberikan hak penggunaan untuk tujuan komersial atau promosi.
  • Penggunaan: Foto editorial digunakan untuk tujuan non-komersial seperti berita, artikel editorial, atau dokumen, sementara foto commercial digunakan untuk tujuan komersial seperti iklan, brosur, atau katalog produk.
Jadi, foto editorial dan foto commercial memiliki tujuan, konten, hak cipta, lisensi, dan penggunaan yang berbeda, yang membuat keduanya memiliki karakteristik dan fitur yang berbeda.

Pertanyaan serupa: apa yang dimaksud foto editorial, apa yang dimaksud foto commercial, apakah pilihan editorial harus dipilih, cara upload foto di shutterstock, kenapa harus pilih editorial, ciri-ciri foro editorial

Share:

Apakah ada syarat minimum jumlah konten yang harus diupload di shutterstock agar bisa laku?

Shutterstock memiliki beberapa persyaratan untuk konten yang diunggah ke platform mereka, namun mereka tidak memiliki persyaratan minimum jumlah konten yang harus diunggah untuk dapat laku.

Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penjualan konten Anda di Shutterstock, seperti kualitas gambar, keunikannya, dan keterlibatan konsumen. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kualitas dan keunikannya agar dapat menarik perhatian calon pembeli.

Selain itu, Shutterstock juga mendorong kontributor untuk mengunggah konten secara teratur dan konsisten, sehingga dapat membangun portofolio yang kuat dan menarik bagi calon pembeli. Dengan cara ini, Anda dapat meningkatkan peluang untuk menjual konten Anda di Shutterstock.

Sebaiknya Anda mengunggah konten berkualitas secara konsisten dan teratur, meskipun tidak ada aturan khusus tentang seberapa sering Anda harus mengunggah konten ke Shutterstock. Bagi sebagian orang, mengunggah konten setiap hari mungkin terlalu sering, sementara bagi yang lain, mengunggah konten seminggu sekali mungkin terlalu jarang.

Namun, perlu diingat bahwa mengunggah konten terlalu sering tidak menjamin keberhasilan atau penjualan yang lebih baik, jika konten yang diunggah tidak berkualitas baik dan tidak unik. Sebaliknya, mengunggah konten yang berkualitas dan unik dengan jadwal yang konsisten dapat membantu membangun portofolio yang kuat dan meningkatkan peluang penjualan di Shutterstock.

Jadi, lebih baik fokus pada kualitas dan keunikan konten Anda dan mengunggahnya secara teratur dan konsisten sesuai kemampuan Anda. Selalu ingat untuk memperhatikan panduan Shutterstock untuk memastikan konten Anda memenuhi persyaratan mereka.


Pertanyaan serupa: mending upload berapa banyak di shutterstock, cara agar banyak yang download di shutterstock, mending upload setiap hari atau seminggu sekali, shutterstock saya kenapa belum da yng download, konten apa yang ramai di shutterstock

Share:

Kenapa ditolak shutterstock karena "similar konten"

"Similar konten" bisa lebih diartikan sebagai "mirip".

"Sama atau mirip" adalah istilah yang digunakan Shutterstock untuk mengacu pada konten yang terlalu mirip dengan konten yang sudah ada di platform atau di tempat lain di internet. Shutterstock memiliki kebijakan yang ketat dalam hal keaslian dan kualitas konten yang di-upload, dan mereka tidak akan menerima konten yang sama atau mirip dengan konten yang sudah ada.

Konten yang dianggap "sama atau mirip" dengan konten lain dapat mencakup beberapa hal seperti:

  • Menggunakan objek, tema, atau komposisi yang sama dengan konten yang sudah ada
  • Menggunakan filter atau efek yang sama dengan konten yang sudah ada
  • Mengambil gambar dari sudut yang sama atau menggunakan teknik fotografi yang sama dengan konten yang sudah ada

Jika konten Anda ditolak oleh Shutterstock karena "sama atau mirip", artinya bahwa konten tersebut terlalu mirip dengan konten yang sudah ada di platform atau di tempat lain di internet. Untuk menghindari ditolak dengan alasan yang sama di masa depan, pastikan untuk membuat konten yang asli, unik, dan berbeda dari konten yang sudah ada. Anda juga harus memeriksa kebijakan Shutterstock terkait dengan konten yang tidak diizinkan dan memperhatikan persyaratan teknis untuk memastikan bahwa konten Anda sesuai dengan standar mereka.

Pertanyaan serupa: kenapa foto ditolak shutterstock, kena peringatan similar konten, apa itu similar konten, kenapa foto tidak approve di shutterstock

Share:

Follow blog ini

Featured Post

Semua Sudah Serba Online, dan Loe Masih Kerja di Kantor?

Berlangganan lewat email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Blog Archive

Followers