Di era digital seperti sekarang, menjadi freelancer bukanlah pilihan yang asing. Banyak orang memilih jalur ini karena fleksibilitas waktu, kebebasan memilih proyek, hingga peluang penghasilan yang tak terbatas. Namun, di balik semua kebebasan itu, ada satu tantangan besar yang kerap dihadapi para freelancer: sulitnya mengajukan pinjaman ke bank.
Padahal, kebutuhan akan dana tambahan bisa dialami siapa saja, termasuk freelancer. Entah untuk membeli rumah, kendaraan, atau modal usaha. Lalu, kenapa freelancer sering “mentok” saat berurusan dengan pinjaman bank? Yuk kita kupas satu per satu.
1. Tidak Memiliki Slip Gaji Tetap
Bank pada dasarnya membutuhkan jaminan bahwa nasabah bisa membayar cicilan tepat waktu. Pada karyawan tetap, bukti itu biasanya berupa slip gaji bulanan. Sayangnya, freelancer tidak memiliki dokumen ini karena penghasilan mereka tidak tetap dan tidak dikelola oleh perusahaan.
Penghasilan freelancer bisa besar di satu bulan, tapi turun drastis di bulan berikutnya. Ini membuat bank ragu dalam menilai kestabilan keuangan mereka.
2. Penghasilan Tidak Terstruktur
Freelancer bisa punya banyak klien, proyek lepas, atau bahkan penghasilan dari berbagai sumber digital seperti YouTube, microstock, atau blog. Tapi justru karena banyaknya sumber ini, sering kali tidak ada laporan keuangan yang terstruktur.
Tanpa pencatatan yang rapi, bank kesulitan menilai profil keuangan seorang freelancer. Hal ini jadi hambatan besar saat proses analisa kredit.
3. Tidak Terdaftar sebagai Karyawan Formal
Dalam sistem keuangan konvensional, status pekerjaan sangat penting. Pekerjaan sebagai karyawan tetap dianggap lebih “aman” dibanding wirausaha atau freelancer karena ada kontrak dan jaminan kerja.
Sementara itu, freelancer dianggap “pekerjaan informal” yang tidak masuk dalam kategori penghasilan stabil. Meskipun penghasilannya bisa saja lebih besar daripada karyawan, statusnya membuat bank ragu.
4. Minimnya Aset sebagai Jaminan
Untuk beberapa jenis pinjaman (seperti Kredit Tanpa Agunan/KTA), bank akan melihat reputasi kredit dan cashflow. Tapi untuk pinjaman lain (seperti KPR), biasanya dibutuhkan jaminan.
Banyak freelancer pemula belum memiliki aset yang cukup untuk dijadikan jaminan seperti kendaraan, rumah, atau deposito. Ini makin memperkecil peluang mendapatkan pinjaman.
5. Riwayat Kredit Kurang atau Tidak Ada
Bank sangat memperhatikan riwayat kredit atau histori peminjaman seseorang. Banyak freelancer yang belum pernah memiliki kartu kredit atau pinjaman lain, sehingga tidak punya “jejak kredit” di sistem bank.
Tanpa riwayat kredit yang baik, bank akan menganggap seseorang sebagai “nasabah berisiko tinggi” karena belum terbukti bisa mengelola utang dengan baik.
Apakah Freelancer Tidak Bisa Mengajukan Pinjaman Sama Sekali?
Tenang, bukan berarti freelancer tidak bisa mengajukan pinjaman sama sekali. Tantangan itu bisa diatasi jika freelancer:
-
Membuat laporan keuangan pribadi yang rapi dan konsisten.
-
Mempunyai rekening bank pribadi yang aktif, untuk menunjukkan arus kas masuk.
-
Membayar pajak dan memiliki NPWP, agar statusnya diakui sebagai pelaku usaha resmi.
-
Membangun riwayat kredit, misalnya dengan memiliki kartu kredit dan menggunakannya secara bijak.
-
Mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan alternatif atau fintech yang lebih fleksibel terhadap model penghasilan freelancer.
Penutup
Menjadi freelancer memang penuh kebebasan, tapi juga datang dengan tanggung jawab besar—termasuk dalam hal keuangan. Tantangan dalam mengajukan pinjaman di bank seharusnya tidak jadi penghalang, melainkan motivasi untuk mengelola keuangan dengan lebih baik.
Dengan pencatatan keuangan yang rapi, status pajak yang jelas, dan literasi finansial yang baik, freelancer bisa membuktikan bahwa penghasilan mereka tidak kalah stabil dibanding profesi lainnya.
Jadi, meskipun jalurnya mungkin sedikit lebih panjang, pinjaman bukan hal mustahil bagi freelancer. Kuncinya: rapi, disiplin, dan siap menunjukkan kredibilitas finansial.
0 comments:
Post a Comment
Ada pertanyaan atau komentar? Tulis saja, nanti saya jawab.